Belum Setahun Dilantik 3 Kepala Daerah Terjerat OTT KPK, Pakar Soroti Politik Mahal dan Partai Mandul Kaderisasi

4 weeks ago 14
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Belum Setahun Dilantik 3 Kepala Daerah Terjerat OTT KPK, Pakar Soroti Politik Mahal dan Partai Mandul Kaderisasi Logo Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)(MI/Susanto)

BELUM genap setahun menjabat, tiga kepala daerah di Indonesia dari Provinsi Riau, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Kolaka Timur ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui operasi tangkap tangan (OTT). 

Pakar hukum tata negara Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah, mengatakan praktik korupsi tersebut mencerminkan dua persoalan utama yakni mahalnya biaya politik dan gagalnya kaderisasi partai politik.

“Saya kira penyebab kenapa kasus korupsi terus berulang karena problem biaya politik yang sangat mahal. Ketika seseorang mengeluarkan biaya besar untuk maju, ia cenderung mencari kompensasi saat berkuasa,” ujar Herdiansyah pada Minggu (9/11).

Herdiansyah mengatakan berdasarkan hasil studi KPK dan Kementerian Dalam Negeri, biaya politik untuk menjadi bupati bisa mencapai Rp20 miliar hingga Rp30 miliar, sementara untuk posisi gubernur dapat mencapai Rp150 miliar.

“Dengan ongkos sebesar itu, wajar kalau banyak kepala daerah berupaya mencari sumber pendanaan untuk mengembalikan modal politiknya. Ini yang membuat praktik korupsi sulit dihindari,” tegasnya.

Namun, menurut Herdiansyah, biaya politik bukan satu-satunya akar masalah. Ia menilai partai politik turut berkontribusi besar terhadap lahirnya kepala daerah korup karena gagal melahirkan kader dengan integritas dan kapasitas yang mumpuni.

“Masalahnya bukan cuma uang. Partai gagal melakukan kaderisasi. Banyak calon kepala daerah yang tidak punya elektabilitas atau kompetensi, tapi bisa maju karena modal besar,” katanya.

Kondisi ini, lanjut dia, mendorong munculnya praktik “beli suara” untuk mendongkrak popularitas secara instan. 

“Karena tidak punya rekam jejak dan integritas, cara tercepatnya ya membeli suara pemilih. Ini lingkaran setan yang menambah biaya politik makin tinggi dan memperparah korupsi,” jelasnya.

Herdiansyah juga menyoroti lemahnya pengawasan terhadap kepala daerah yang terpilih. Ia menilai KPK seharusnya kembali memfungsikan otoritas pengawasan dan pemantauan terhadap kerja-kerja pemerintah daerah.

“Semua pos yang rawan korupsi harus diawasi ketat, mulai dari proses seleksi pejabat pemerintahan, pengisian jabatan kepala dinas, hingga pengadaan barang dan jasa. Di sinilah biasanya transaksi dan suap terjadi,” paparnya.

Di samping itu, Herdiansyah menekankan bahwa sektor sumber daya alam juga menjadi ladang korupsi besar jika tidak diawasi dengan benar. 

“Di mana ada sumber daya besar, di situ potensi korupsi tinggi seperti di Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, dan Papua. Kalau tidak diawasi, akhirnya korupsi SDA terus berulang,” ujar Herdiansyah.

Menurutnya, pengawasan internal dari BPKP saja tidak cukup sehingga harus ada mekanisme pengawasan berlapis, termasuk dari lembaga eksternal seperti BPK dan juga publik.

Ia juga menilai KPK perlu mengembalikan fungsi penindakan yang kuat seperti era sebelumnya, di mana OTT menjadi simbol ketegasan lembaga antirasuah.

“OTT itu mahkota KPK. Kalau korupsi kita anggap sebagai kejahatan luar biasa, maka cara menanganinya juga harus luar biasa. Semakin banyak OTT, semakin baik untuk memberi efek jera,” ucapnya. (Dev/M-3)

Read Entire Article