
KETUA Komisi B DPRD DKI Jakarta, Nova Paloh, menegaskan bahwa penamaan baru Halte Jaga Jakarta harus dipahami sebagai pengingat bersama bagi warga untuk merawat fasilitas umum.
Halte yang sebelumnya bernama Senen Sentral itu pernah terbakar akibat aksi anarkis dalam demonstrasi beberapa waktu lalu. Setelah melalui proses revitalisasi, halte kini kembali beroperasi.
“Trans-Jakarta ini sudah juga mempunyai rute bukan hanya di dalam kota, tapi daerah sekitar Jakarta. Kita di Komisi B menginginkan bahwa artinya sama-sama kita jaga. Terkait dengan Halte Jaga Jakarta, kita harus sadar juga untuk merawat halte kita ini,” ujar Nova, Senin (8/9).
Ia menekankan, halte tersebut memiliki posisi vital karena menjadi simpul pergerakan masyarakat di kawasan pusat kota. Kerusakan halte, menurut Nova, akan sangat mengganggu kenyamanan penumpang.
“Halte Jaga Jakarta ini menjadi reminder, karena ini sangat vital sekali. Kalau ini rusak, penumpang mau menunggu di mana,” jelas Politikus NasDem itu.
Dengan jumlah pengguna Trans-Jakarta yang mencapai 1,3 juta penumpang per hari, DPRD DKI menilai keberadaan halte harus dilindungi dan dijaga bersama.
Nova mengingatkan, fasilitas publik bukan sekadar milik pemerintah, melainkan aset warga yang harus dijaga keberlanjutannya.
“Mari kita sama-sama jaga barang milik kita bersama. Jangan sampai Trans-Jakarta yang sangat vital ini, yang memiliki pelanggan sampai 1,3 juta per hari, kembali menjadi korban,” pungkas Nova.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung meresmikan pengoperasian Halte Trans-Jakarta Senen Sentral yang sempat rusak akibat aksi unjuk rasa berujung kerusuhan beberapa waktu lalu. Bukan hanya meresmikan, Pramono juga mengubah nama halte tersebut menjadi Halte Jaga Jakarta.
"Pada hari ini saya meresmikan apa yang disebut dengan Halte Baru, yaitu yang dulunya dinamakan Senen Sentral, Halte Transjakarta menjadi Jaga Jakarta," kata Pramono di Halte Jaga Jakarta, Senen, Jakarta Pusat, Senin (8/9).
Ia menjelaskan alasan Jaga Jakarta dipilih sebagai nama halte, menurutnya, hal itu menjadi pengingat kepada semua pihak untuk tidak lagi membiarkan fasilitas publik dirusak saat kerusuhan terjadi di Ibu Kota.
Gerakan ini awalnya dikampanyekan oleh jajaran Pemprov DKI dan badan usaha milik daerah (BUMD) setelah sejumlah fasilitas umum rusak dan dibakar oleh massa tak dikenal saat rentetan aksi unjuk rasa akhir bulan Agustus lalu.
"Perubahan ini tentunya dengan maksud agar kita semua menjaga Jakarta secara bersama-sama. Tidak mungkin menjaga Jakarta hanya dilakukan oleh pemerintah tanpa keterlibatan peran serta masyarakat secara sepenuhnya," jelas Pramono.
Ia mengungkap, halte Jaga Jakarta setiap harinya melayani bisa mencapai 10 ribu penumpang. Dengan volume pelanggan yang cukup besar, ia memastikan fasilitas di halte ini bisa kembali digunakan.
"Kalau dilihat dari volumenya kan besar sekali. Seluruh fasilitas pendukung mulai dari tempat untuk salat, kemudian orang jualan, toilet, semuanya alhamdulillah sudah dipersiapkan secara baik," urai dia.
Lebih lanjut, Pramono berterima kasih kepada semua masyarakat Jakarta yang menunjukkan kepeduliannya untuk menggerakkan kampanye Jaga Jakarta hingga ikut membantu membersihkan fasilitas publik pascademo.
"Saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih atas peran serta, kebersamaan, kepedulian, gotong-royong yang dilakukan oleh seluruh masyarakat Jakarta, ketika Jakarta sedang mengadapi tekanan karena ada unjuk rasa dan sebagainya," imbuh dia. (P-4)