TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan sulit menemukan negeri seperti Indonesia karena tidak ada negeri seplural Indonesia. Hal itu Menag sampaikan saat memberikan sambutan pada acara doa kebangsaan lintas agama menyambut 80 tahun kemerdekaan Indonesia di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Agustus 2025.
“Susah menemukan negeri seperti Indonesia ini Bapak Ibu sekalian. Tidak ada negeri yang seplural Indonesia dilihat dari segi sudut manapun,” kata Nasaruddin seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Jumat, 1 Agustus 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasaruddin mengatakan betapa Indonesia sebagai negara kepulauan besar dengan jumlah etnik yang banyak. Di tambah penganut agama yang bervariasi. Bahkan, kata Nasaruddin, warna kulit hingga waktu berbeda di Indonesia.
“Tapi sulit membayangkan ada negeri seperti Indonesia ini bisa mempertahankan kemerdekaannya dengan utuh. Bahkan menjadi trendsetter negara plural. Inilah Indonesia,” ujar Nasaruddin.
Ia pun mengajak masyarakat mensyukuri nikmat kemerdekaan dan mengoptimalkan daya pikiran untuk memperoleh kemerdekaan sejati.
Doa kebangsaan kemudian diisi dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh enam tokoh lintas agama secara bergantian. Bagi umat beragama Islam doa dipimpin oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia Anwar Iskandar. Sementara dari agama Kristen Protestan doa dipimpin oleh Pdt. Jason Balompapueng. Doa bagi umat agama Katolik oleh RD. Fransiskus Yance Sengga, dan dari agama Hindu dipimpin oleh Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN) Jero Mangku Gede Pastika. Adapun dari agama Buddha oleh Bhikkhu Dhammavuddho Victor Jaya Kusuma dan dari agama Konghucu oleh Ws. Sunarta Hidayat.
Romo Fransiskus Yance Sengga menyampaikan bahwa doa kebangsaan tahun ini memberikan kesan mendalam karena memberikan kesejukan dan menampilkan warna kebhinekaan. Ia menekankan pentingnya membangun jembatan kasih di antara seluruh warga bangsa.
“Mari kita saling mengasihi sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat di tengah dunia dan juga kita semua yang ada di dalamnya boleh berjalan bersama pimpinan kita untuk mewujudkan cita-cita proklamator kita Bung Karno dan Bung Hatta,” ujar Romo Yance.
Sementara itu, I Gusti Made Sunartha menilai kegiatan ini sebagai pengejawantahan sila pertama Pancasila. Ia berharap momentum ini menjadi pemacu integrasi dan loyalitas terhadap bangsa. Ia juga mengajak seluruh elemen untuk menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia, Tuhan, dan pemimpin bangsa.
“Penghayatan Ketuhanan Yang Maha Esa Indonesia diwujudkan pada hari ini dengan adanya enam agama yang melakukan doa bersama, doa lintas kebangsaan ini sebagai wujud bahwa kemerdekaan ini tidak terlepas dari perjuangan para tokoh-tokoh agama di zaman dahulu,” ujarnya.
Tokoh agama Buddha, Bante Damawudo, mengungkapkan apresiasi yang tinggi atas keterlibatan komunitas Buddhis dalam doa kebangsaan lintas agama ini. “Terus terang ini yang pertama ya, jadi kami sangat senang sekali karena diundang untuk berpartisipasi doa bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Agama Muslim yang menjadi host atau tuan rumah acara ini,” katanya.
Selain itu, tokoh agama Kristen Pendeta Tommy Lengkong dan Pendeta Mulia Tibriani sepakat bahwa kegiatan ini mencerminkan kebersamaan sejati. Kedua tokoh agama ini pun berharap seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan kerukunan dan keadilan sebagai wujud dari Indonesia yang damai dan sejahtera.
“Kita bukan berbicara mayoritas dan minoritas. Bukan juga ada istilah yang kami dengar di sini, ada Islam dan non-Islam. Tapi kita melihat kebersamaan pada malam hari ini. Dan kebersamaan itu indah,” ujar Pendeta Tommy.
Senada dengan hal tersebut, tokoh agama Konghucu, Wonsei Sunarta Hidayat juga menyampaikan kebahagiaannya dapat turut serta dalam acara doa kebangsaan ini. “Kita manusia adalah tentu sangat lemah, segala sesuatunya tidak bisa kita jalan sendiri karena harus membutuhkan pertolongan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itulah, doa ini kita berharap agar ke depan Indonesia benar-benar bisa lebih baik,” kata dia.
Doa kebangsaan lintas agama kemarin malam dihadiri sekitar 1.500 umat beragama dari berbagai latar belakang. Para menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih serta para tokoh lintas agama juga menghadiri acara ini.
Sebelumnya, di tempat yang sama telah digelar acara zikir kebangsaan yang juga dipimpin oleh Anwar Iskandar. Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftachul Akhyar juga memimpin doa usai zikir kebangsaan.