Warga Palestina membawa karung berisi makanan dan bantuan kemanusiaan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Rabu, 11 Juni 2025.
REPUBLIKA.CO.ID,DOHA – Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok-kelompok pejuang Palestina di ambang keruntuhan. Hal ini akibat kengototan Israel memenjarakan warga Gaza di wilayah sempit di Rafah.
The Times of Israel melansir, tidak ada kemajuan berarti yang telah dicapai dalam negosiasi sandera yang sedang berlangsung di Doha sejak Rabu. Seorang diplomat Arab dan sumber kedua yang mengetahui tentang negosiasi tersebut mengatakan kepada The Times of Israel pada Jumat, bahwa para pejabat Palestina mengatakan bahwa perundingan tersebut hampir gagal.
Meskipun Israel setuju untuk meringankan beberapa tuntutannya terkait pemindahan pasukannya selama gencatan senjata 60 hari yang sedang dibahas setelah tekanan AS, serangkaian peta baru yang menggambarkan penarikan sebagian pasukan IDF tidak cukup untuk memuaskan Hamas, kata kedua sumber tersebut.
Peta-peta baru itu masih membayangkan Israel mempertahankan kendali atas sekitar sepertiga wilayah Gaza. Ini termasuk zona penyangga sepanjang tiga kilometer di Rafah untuk menciptakan “kota kemanusiaan” yang sangat kontroversial, di mana seluruh penduduk Gaza akan digiring, diperiksa untuk mencari senjata, dan dilarang pergi karena Israel akan berusaha mendorong emigrasi mereka ke luar Jalur Gaza.
Channel 12 melaporkan bahwa Hamas setuju untuk memperluas zona penyangga yang ingin diciptakan Israel di sepanjang perimeter Gaza dari 700 meter menjadi satu kilometer. Namun, Israel masih menuntut agar zona tersebut diperluas hingga dua kilometer.
Di tengah kebuntuan dalam masalah ini, AS mendesak Hamas untuk melanjutkan untuk membahas isu-isu lain yang masih tersisa - sesuatu yang ditolak oleh kelompok itu sampai ketidaksepakatan mengenai penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza diselesaikan.
“Perundingan di Doha menghadapi kemunduran dan kesulitan yang rumit karena desakan Israel, pada hari Jumat, untuk menyajikan peta penarikan, yang sebenarnya adalah peta pemindahan dan reposisi tentara Israel, bukan penarikan yang sebenarnya,” kata seorang pejabat Palestina kepada AFP, Sabtu.
“Delegasi Hamas tidak akan menerima peta Israel ... karena pada dasarnya peta tersebut melegitimasi pendudukan kembali sekitar separuh wilayah Jalur Gaza dan mengubah Gaza menjadi zona terisolasi tanpa adanya penyeberangan atau kebebasan bergerak," ujar sumber tersebut.