Jakarta (ANTARA) - Tragedi yang menimpa pasangan pengantin baru di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, beberapa waktu lalu menyisakan duka mendalam sekaligus menjadi peringatan penting akan bahaya gas tak kasatmata karbon monoksida (CO).
Sang istri CDN (28) ditemukan meninggal dunia di kamar mandi sebuah penginapan, sementara suaminya, GK (28), harus dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Dugaan kuat, keduanya menjadi korban keracunan karbon monoksida akibat kebocoran gas dari water heater berbahan bakar elpiji di kamar mandi tempat mereka menginap.
Kasus ini bukanlah yang pertama, dan bisa terjadi di mana saja terutama di ruang tertutup dengan ventilasi minim serta penggunaan alat pemanas berbahan bakar gas.
Karbon monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, sehingga sulit terdeteksi tanpa alat khusus. Padahal, paparan gas ini dalam kadar tinggi dapat dengan cepat menggantikan oksigen dalam darah dan menyebabkan tubuh kekurangan oksigen, yang berujung pada gejala serius hingga kematian.
Untuk itu, penting bagi masyarakat memahami apa yang menyebabkan keracunan karbon monoksida, bagaimana mengenali gejalanya sejak dini, serta langkah-langkah pertolongan pertama yang bisa menyelamatkan nyawa.
Berikut ini adalah penyebab paparan karbon monoksida, gejala yang perlu diwaspadai, hingga cara pertolongan pertamanya, berdasarkan informasi yang telah dihimpun dari berbagai sumber.
Baca juga: Karbon monoksida (CO): Pengertian dan dampak bahayanya bagi kesehatan
Penyebab keracunan karbon monoksida
Keracunan karbon monoksida terjadi ketika gas CO menumpuk dalam aliran darah dan menggantikan oksigen yang seharusnya diangkut oleh sel darah merah. Akibatnya, jaringan tubuh dan organ vital kekurangan oksigen, yang dapat berujung pada kerusakan serius bahkan kematian.
Gas karbon monoksida tidak memiliki warna, bau, maupun rasa, sehingga keberadaan-nya sulit terdeteksi tanpa alat khusus. Gas ini dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna seperti bensin, kayu, arang, gas elpiji, atau propana.
Ketika alat atau mesin berbahan bakar tersebut digunakan tanpa ventilasi yang memadai, karbon monoksida dapat terperangkap di dalam ruangan dan meningkat ke level berbahaya.
Sumber-sumber penghasil karbon monoksida cukup beragam. Biasanya, gas ini tidak menimbulkan masalah di area terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Namun, ketika digunakan di tempat tertutup atau minim ventilasi misalnya menyalakan pemanggang arang di dalam ruangan, atau membiarkan mobil menyala di garasi tertutup kadar gasnya bisa meningkat drastis dan membahayakan penghuni.
Selain dari alat rumah tangga dan kendaraan, paparan karbon monoksida juga bisa terjadi saat kebakaran. Menghirup asap hasil pembakaran membuat gas CO masuk ke paru-paru dan mengikat hemoglobin dalam darah, menggantikan oksigen yang dibutuhkan tubuh. Karena itu, siapa pun yang dicurigai terpapar gas ini perlu segera menuju area terbuka dan mendapatkan pertolongan medis secepatnya.
Baca juga: Jangan sepelekan! Ini bahaya dan pencegahan water heater gas bocor
Gejala keracunan karbon monoksida
Paparan karbon monoksida paling cepat mempengaruhi fungsi otak dan jantung. Dalam jangka pendek, gejalanya sering kali mirip dengan flu biasa tanpa disertai demam, sehingga kerap tidak disadari. Namun, jika kadar gas semakin tinggi, gejala akan memburuk dan bisa mencakup:
• Mual dan muntah.
• Sesak napas.
• Bingung dan sulit berkonsentrasi.
• Penglihatan menjadi kabur.
• Sakit kepala dan rasa lemah.
• Hilangnya koordinasi otot.
• Penurunan kesadaran hingga pingsan.
• Pusing atau kehilangan keseimbangan.
• Rasa kantuk berat.
Pada kasus yang lebih parah, terutama jika korban sempat kehilangan kesadaran, efek jangka panjang bisa muncul meski sudah dinyatakan pulih. Gejala lanjutan ini meliputi gangguan ingatan, perubahan perilaku, serta kesulitan mengontrol gerakan tubuh. Lansia dan individu yang tertidur saat kejadian berisiko lebih tinggi mengalami dampak fatal.
Cara pertolongan pertama
Jika seseorang menunjukkan tanda-tanda keracunan karbon monoksida, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera menjauhkannya dari sumber gas dan memindahkannya ke area terbuka dengan sirkulasi udara baik.
Apabila korban tidak sadarkan diri atau mengalami kesulitan bernapas, lakukan resusitasi jantung paru (CPR) sambil meminta bantuan orang lain untuk segera menghubungi layanan darurat atau membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat.
Setelah itu, pastikan korban beristirahat dalam posisi tenang. Gerakan berlebihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen tubuh, yang justru memperburuk kondisi kekurangan oksigen di otak dan organ vital lainnya.
Baca juga: Tragedi Solok jadi pelajaran, ini 6 penyebab water heater bisa bocor
Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.