Kurikulum Berbasis Cinta

12 hours ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Kurikulum Berbasis Cinta (Dok. Kemenag)

MENTERI Agama Republik Indonesia secara resmi meluncurkan Kurikulum Berbasis Cinta (24/7/2025). Sebuah terobosan monumental dalam peta pendidikan nasional. Peluncuran itu dapat dimaknai sebagai deklarasi komitmen negara untuk membangun masa depan pendidikan yang lebih inklusif, lembut, manusiawi, dan berakar pada cinta.

Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) merupakan respons atas pelbagai krisis zaman yang semakin akut dan kompleks. Dunia saat ini tidak hanya dihantui disrupsi teknologi, tapi juga diseret dalam gelombang dehumanisasi yang menggerus nilai-nilai luhur.

Di tengah derasnya arus kebencian, intoleransi, dan kekerasan yang bahkan merambah ke ruang-ruang pendidikan, KBC hadir membawa pesan peradaban bahwa cinta ialah pusat segalanya.

PERADABAN CINTA

Sejarah telah membuktikan bahwa setiap peradaban besar dibangun tidak hanya dengan senjata dan strategi, tapi juga oleh nilai-nilai luhur yang hidup dalam jiwa manusianya.

Pendidikan ialah rahim dari nilai-nilai itu. Di sinilah KBC mengambil posisi strategis, yakni menanamkan cinta sejak dini, mulai raudhatul athfal hingga madrasah aliah.

KBC tidak menafikan pentingnya ilmu, teknologi, dan logika, tapi justru memberi penekanan bahwa semua itu harus berpijak pada fondasi nilai kasih sayang, welas asih, dan penghormatan terhadap sesama dan alam.

Dalam pelbagai pernyataannya, Menteri Agama menegaskan humanity is only one maka KBC ialah manifestasi kurikuler dari doktrin kemanusiaan universal itu.

Agama tidak lagi diposisikan sebagai alat justifikasi kekuasaan atau pemisah identitas, tetapi sebagai energi spiritual untuk menyatukan dan memanusiakan. Di tengah dunia yang kian terfragmentasi, KBC hadir sebagai penawar, bukan pemicu konflik.

Di sisi lain, kurikulum konvensional cenderung normatif dan legalistik. Ia mengukur keberhasilan murid dari angka-angka kognitif, bukan pada keseimbangan mental, emosi, dan jiwa.

Di sinilah KBC mengambil langkah besar, yakni menggeser paradigma dari nomos-oriented ke eros-oriented. Ibadah bukan lagi ketakutan atas dosa atau ketertarikan terhadap pahala, melainkan ekspresi cinta kepada Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya.

Hal itu tecermin pula dalam pergeseran orientasi teologis dari wajah Tuhan yang murka dan menghukum (jalaliyah), menuju Tuhan yang penyayang dan pengasih (jamaliyah).

Dari sana, lahirlah praktik pendidikan yang humanistis. Madrasah menjadi ruang yang ramah anak, guru menjadi figur empatik, dan proses pembelajaran menjadi pengalaman yang membahagiakan.

KBC memiliki struktur yang kukuh dan operasional. Lima tema pokok yang dirumuskan sebagai Pancacinta menjadi kompas nilai, yakni cinta kepada Allah dan rasul-Nya, cinta ilmu, cinta lingkungan, cinta diri dan sesama, serta cinta tanah air.

Dalam KBC, setiap nilai diterjemahkan ke dalam pembelajaran nyata. Misalnya, cinta kepada lingkungan tidak hanya diajarkan melalui ceramah tentang ekologi, tapi juga melalui praktik menanam, memilah sampah, hemat energi, dan sebagainya.

Pendidikan tidak lagi diukur dari jumlah hafalan, tapi dari seberapa jauh nilai-nilai cinta itu hidup dalam laku sehari-hari.

Dengan struktur yang transformatif itu, KBC memancarkan harapan besar. Ia bukan sekadar kurikulum alternatif, melainkan juga bisa menjadi mainstream baru dalam pendidikan nasional.

Dalam jangka panjang, KBC diharapkan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berjiwa welas asih, resilien, dan toleran. Murid tidak sekadar menjadi pemilik ijazah, tapi pengamal spiritual yang menebar manfaat.

Lebih jauh, madrasah sebagai pelaksana KBC akan bertransformasi menjadi madrasah ramah anak, ramah lingkungan, dan ramah spiritualitas.

Di era masyarakat 5.0, dengan kecanggihan digital justru sering menggerus empati, KBC bisa menjadi penyeimbang yang menyelamatkan kualitas kemanusiaan generasi masa depan.

TANTANGAN

Namun, tak ada perubahan besar tanpa tantangan. Penerapan KBC tentu menghadapi sejumlah hambatan. Pertama, resistensi kultural dari sebagian pendidik dan birokrat yang terbiasa dengan pola pikir instruksional dan legalistik. Paradigma cinta sering kali dianggap 'terlalu lembut', 'kurang tegas', bahkan 'tidak realistis'.

Kedua, ancaman reduksi implementatif. Ada kemungkinan KBC disimplifikasi sekadar menjadi program tambahan, bukan menjadi roh dari seluruh pembelajaran. Jika KBC hanya diterjemahkan sebagai 'tema mingguan' tanpa menyentuh desain pembelajaran dan evaluasi, ia berisiko kehilangan rohnya.

Ketiga, tantangan sumber daya manusia. Mengajar dengan cinta bukan perkara teknis, melainkan sesuatu yang menyangkut kedewasaan emosional dan spiritual guru. Karena itu, program pelatihan dan pendampingan intensif menjadi keniscayaan agar guru tak hanya memahami substansi KBC, tapi juga mampu menghidupkannya dalam laku.

Di tengah dunia yang kian riuh oleh kebencian dan polarisasi, KBC menjadi langkah radikal untuk mengembalikan manusia pada fitrahnya sebagai makhluk cinta. Ia bukan kurikulum biasa, melainkan narasi besar untuk masa depan.

Kini tugas kita, para pendidik dan pemangku kebijakan, ialah menjaga bara cinta itu tetap menyala di dalam kelas, di hati para murid, dan di relung-relung bangsa ini.

Read Entire Article