REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati umat Islam di berbagai daerah dengan beragam cara. Di Cirebon, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang dikenal dengan istilah Muludan, juga dilaksanakan dengan beragam tradisi, termasuk di lingkungan keraton.
Salah satunya di Keraton Kasepuhan Cirebon. Bahkan, tradisi tersebut dilaksanakan dalam suatu rangkaian acara yang telah berlangsung sejak beberapa pekan sebelumnya. Sedangkan puncak acaranya, yang dikenal dengan nama Malam Panjang Jimat, dilaksanakan pada 12 Rabiulawal malam, yang tahun ini jatuh pada Jumat (5/9/2025) malam.
Disaksikan ribuan warga yang datang dari berbagai daerah, prosesi Malam Panjang Jimat diisi dengan iring-iringan pembawa Nasi Jimat dan berbagai benda yang melambangkan kelahiran seorang manusia. Iring-iringan itu diawali dari dalam keraton menuju Langgar Agung Keraton Kasepuhan Cirebon.
Barisan pertama adalah pembawa lilin, yang menjadi simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW di malam hari. Setelah itu iring-iringan pembawa perangkat upacara, di antaranya manggaran, nadan dan jantungan, yang melambangkan kebesaran dan keagungan.
Selanjutnya, secara berurutan, iring-iringan pembawa air mawar, pasatan, dan kembang goyang, yang menjadi lambang air ketuban sebelum bayi lahir dan ari-ari setelah bayi lahir.
Setelah itu, iring-iringan pembawa air serbat yang disimpan di dalam dua guci, yang melambangkan darah bayi ketika dilahirkan. Iring-iringan berikutnya membawa empat baki yang menjadi simbol empat unsur yang ada dalam diri manusia. Yakni angin, tanah, api dan air.
Adapula iring-iringan yang membawa tumpeng jeneng, nasi uduk dan nasi putih. Hal itu menggambarkan bahwa bayi yang dilahirkan perlu diberi nama yang baik.Selain itu, masih ada beberapa lainnya yang juga dibawa dalam iring-iringan tersebut.
Prosesi Panjang Jimat dipimpin oleh Patih Anom Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Muhammad Nusantara, didampingi Patih Sepuh Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeryadiningrat. Sesampainya di Langgar Agung yang ada di kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon, kemudian dilakukan shalawatan dan pengajian kitab Barjanzi hingga tengah malam.
Ditemui usai prosesi, Patih Anom Pangeran Raja (PR) Muhammad Nusantara menjelaskan, Panjang Jimat atau Pelal merupakan puncak rangkaian acara dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. “Alhamdulillah sudah terlaksana. Kemarin rangakaiannya sudah dilakukan siraman panjang dan buka bekaseman dan sekarang Panjang Jimat. Acaranya selesai pukul 24.00 WIB,” katanya.
Patih Anom menjelaskan, prosesi Panjang Jimat itu memiliki makna tentang kelahiran manusia ke bumi. “Semua reng-rengan (iring-iringan) yang tadi sudah dilaksanakan itu memiliki arti filosofi masing masing, yakni kelahiran Nabi Muhammad. Tradisi ini sudah dilakukan sejak era Sunan Gunung Jati dan dilakukan secara turun temurun sampai sekarang,” kata Patih Anom.
Sementara itu, menyikapi kondisi bangsa Indonesia saat ini, Patih Anom menyampaikan harapannya agar Indonesia kembali pulih. "Kami berharap semoga kondisi Indonesia kembali damai, memiliki pemimpin atau yang para wakil rakyatnya lebih bijak kepada masyarakatnya," katanya.
Patih Anom juga berharap, agar putra-putri bangsa semuanya bisa berjalan beriringan. Selain itu, kehidupan demokrasi juga berjalan dengan baik dan politik yang sehat. “Agar semua masyarakat di Indonesia merasakan apa yang harus mereka rasakan. Tidak hanya pemimpin-pemimpinnya saja, tapi merkea juga butuh kesejahteraan," katanya.