REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sistem pengawasan berbasis CCTV dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) diklaim bisa memperkuat pengawasan operasional dan keamanan pangan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sistem ini disebut sebagai inovasi dalam memastikan terpenuhinya prinsip keamanan pangan secara modern, menyeluruh, berkelanjutan, dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR) Glory Harimas Sihombing mengatakan, keunggulan dari sistem ini terletak pada keterjangkauannya. Dengan biaya hanya Rp 30 per porsi makanan, dapur pelaksana atau SPPG Program MBG dapat memperoleh sistem pengawasan modern namun tetap terjangkau. "Dengan nilai tersebut, sistem ini menjadi efisien dan scalable untuk realisasi standar dapur 0 persen insiden di SPPG seluruh Indonesia," kata dia dalam keterangannya, Rabu (6/8/2025).
Dia mengatakan, sistem ini akan terus dikembangkan dan diharapkan dapat diintegrasikan ke dalam jaringan dapur MBG di seluruh Indonesia. Sistem ini sebagai kontribusi nyata dunia teknologi dan inovasi dalam mendukung agenda besar pemerintah untuk mewujudkan pelayanan pangan yang bergizi, aman, terpercaya, dan berkelanjutan bagi anak dan ibu di seluruh Indonesia.
Sistem yang dikembangkan IFSR bersama Kreasi Binar Indonesia (KBI) ini disebut sebagai respons konkret terhadap lima penyebab utama keracunan makanan yang selama ini ditemukan di lapangan. Kelimanya yakni proses pengolahan makanan yang tidak terjaga, manajemen bahan makanan yang buruk, ketidaksesuaian rencana jadwal kerja, kelalaian penerapan prosedur keselamatan dan kebersihan, dan potensi masuknya kontaminan dalam rantai pasok.
Tindakan-tindakan tersebut dinilai merupakan risiko yang secara langsung dapat memengaruhi kualitas dan keamanan makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak penerima manfaat.
Chief Executive Officer KBI Satya Nugraha mengatakan, dengan dukungan teknologi AI, sistem CCTV ini memungkinkan seluruh proses di dapur, mulai dari penerimaan bahan baku, pemrosesan, pemorsian, hingga distribusi dapat dipantau secara otomatis, objektif, dan realtime. Artinya, pengawasan tak lagi bergantung pada laporan manual.
"Teknologi ini dilengkapi dengan kemampuan untuk mendeteksi pelanggaran prosedur, memberikan peringatan dini (early warning system), merekam bukti visual operasional, penghitungan orang, dasbor terpusat, deteksi aktivitas dan analisis perilaku, rekaman playback, serta menghasilkan laporan otomatis untuk kebutuhan audit, evaluasi, dan investigasi," ujar dia.
Vice Executive Director IFSR Alfatehan Septianta mengatakan, inovasi CCTV berbasis AI ini akan ditampilkan secara langsung dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. Acara tersebut diselenggarakan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 7–9 Agustus 2025 di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), ITB, Bandung.
"Pada kesempatan ini, pengunjung KSTI dapat menyaksikan demonstrasi realtime sistem CCTV AI yang dikembangkan oleh IFSR dan KBI untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis, mulai dari pemantauan aktivitas operasional dapur, hingga visualisasi laporan otomatis melalui dasbor digital," ujar dia.
Dia menambahkan, teknologi CCTV dengan AI ini diluncurkan sebagai bagian dari inisiatif bersama menuju 'Dapur 0% Insiden', yakni dapur tanpa keracunan makanan, kecelakaan kerja, ataupun praktik korupsi. Sehingga dapur tidak hanya memenuhi standar kebersihan dan keamanan, tetapi juga mampu mendemonstrasikan transparansi dan efisiensi secara menyeluruh.
Peluncuran ini menandai inisiatif besar IFSR dan KBI dalam merekomendasikan metode untuk menyempurnakan tata kelola program pemerintah yang lebih sistematis, transparan, dan berbasis teknologi. Inisiatif ini diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam menciptakan standar layanan publik yang akuntabel, aman, dan berkelanjutan.