Liputan6.com, Jakarta - Musim 2024/2025 mungkin menjadi kampanye yang akan dilupakan oleh Manchester City. Bagaimana tidak, mereka tidak berhasil merebut satu trofi pun. Itu jadi catatan musim terburuk selama Pep Guardiola menukangi The Citizens setelah musim pertamanya.
Terlalu banyak faktor yang menyebabkan City gagal di berbagai kompetisi, seperti cedera yang silih berganti, inkonsistensi pemain, sampai taktik Pep Guardiola yang sudah butuh penyegaran.
Pelatih asal Spanyol tersebut pun turut menyadari bahwa strateginya sudah kuno dan terlalu mudah dibaca lawan. Maka dari itu, ia menunjuk seorang asisten baru, Pepijn Lijnders, yang merupakan mantan deputi rivalnya Jurgen Klopp.
“Sepak bola modern tidak bergantung posisi (tetap). Anda harus mengikuti ritmenya,” ujar Guardiola beberapa bulan lalu.
Pernyataan Guardiola tersebut memperlihatkan mengapa ia memilih Lijnders sebagai tangan kanannya. Bersama Liverpool, Lijnders telah menciptakan salah satu tim paling atraktif dalam dunia sepak bola modern, sesuatu yang kini ia coba bangun ulang bersama The Citizens.
Gaya Permainan Penuh Intensitas
Saat pertama kali bergabung bersama Jurgen Klopp di Liverpool, terdapat satu hal penting yang dirubah Lijnders pada sistem permainan The Reds. Ia merombak gaya Gegenpressing ala Klopp menjadi lebih terukur.
Masuknya Lijnders ibarat merapihkan taktik Liverpool yang tak karuan. Bersamanya, The Reds berhasil memenangkan seluruh trofi bergengsi dalam kurun waktu 4 musim saja. Lijnders benar-benar menyempurnakan ide gila Klopp.
Sepertinya, Guardiola juga butuh gaya bermain yang eksplosif tersebut. Taktiknya yang terlalu tekstual saat ini sudah tidak relevan. Banyak lawan memilih untuk menumpuk pemainnya di belakang dan hanya mengincar hasil seri.
Datangnya Lijnders memberikan sentuhan baru di permainan City. Terlihat dalam beberapa momen latihan The Citizens yang ia pimpin, para pemain jauh lebih cair dan mencoba terus menekan lawan.
Gagal Bersinar di RB Salzburg
Pada pertengahan musim 2023/2024, Jurgen Klopp secara mendadak mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan Liverpool pada akhir musim. Keputusan Klopp ini tentunya juga mengakhiri perjalanan karier Lijnders di Anfield.
Memasuki akhir musim, Lijnders mendapat tawaran dari salah satu raksasa asal Austria, RB Salzburg untuk menjadi pelatih baru di musim 2024/2025. Ia menerima proposal kontrak itu dan menjadi momen keduanya menjadi pelatih kepala, setelah sebelumnya bersama NEC Nijmegen.
Sayangnya, karier pria asal Belanda tersebut tak berjalan mulus di Austria. Rentetan hasil buruk dialami oleh RB Salzburg, buntut dari minimnya jam terbang Lijnders sebagai pelatih utama klub.
Akhirnya, Lijnders resmi dirumahkan oleh RB Salzburg pada Desember 2024, hanya berselang enam bulan dari awal ia ditunjuk. Ia baru kembali ke dunia sepak bola setelah Pep Guardiola memboyongnya ke Etihad.
Bikin Man City tak Bergantung pada Struktur
Tantangan bersama Guardiola pastinya akan jauh berbeda dibanding saat bersama Klopp. Lijnders yang terbiasa mengubah kekacauan menjadi struktur, kini harus mengacaukan sebuah hal yang sudah rapih, yaitu taktik Guardiola itu sendiri.
Tugas utama Lijnders adalah membuat skuad City tak bergantung pada sistem yang sudah dibangun Guardiola. Dengan kata lain, The Citizens harus dapat lebih eksploratif dalam memanfaatkan sebuah peluang.
Kedatangan dua pemain kreatif seperti Rayan Cherki dan Tijjani Reijnders tentunya akan menambah variasi taktik Lijnders pada skuad City. Selain itu, pondasi pemain The Citizens yang sudah istimewa pastinya akan memudahkan pekerjaannya.
Menarik untuk melihat bagaimana sistem Lijnders akan berjalan di musim depan. Mungkin saja, akan ada Liverpool era Klopp yang kembali hadir dalam tubuh Manchester City, di mana kali ini didasari dengan taktik jempolan Pep Guardiola.