
PRESIDEN Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi melakukan reshuffle di lingkungan Kabinet Merah Putih. Salah satunya posisi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yang digantikan oleh Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa.
Merespons itu, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, menyatakan bahwa selama ini Sri Mulyani Indrawati diakui dan dipercaya terutama oleh dunia usaha dan lembaga internasional berhasil menjaga kebijakan fiskal stabil, prudent dan sustainable.
"Dengan demikian Indonesia masih merupakan salah satu dari negara yang dipercaya mengelola ekonominya dengan baik dan masih menarik untuk investasi. Walau dalam beberapa tahun terakhir terutama di masa kedua Jokowi banyak melakukan akomodasi terhadap keinginan Presiden sehingga mengakibatkan semakin meningkatnya utang publik dan menurunnya kredibilitas kebijakan fiskal sendiri," kata Fadhil, Senin (8/9).
Namun, dirinya mengingatkan bahwa yang harus dihindarkan adalah persepsi bahwa digantinya Sri Mulyani Indrawati sebagai Menkeu adalah karena peristiwa penjarahan terhadap rumahnya karena dianggap kebijakannya tidak pro rakyat.
"Sebab jika dengan demikian akan mengakibatkan reaksi negatif dari kalangan dunia usaha, pasar dan masyarakat sendiri. Siapapun penggantinya saya kira akan mengalami masalah fiskal yang rumit dan sulit," bebernya.
Sebagai pengganti Sri Mulyani Indrawati, Fadhil menilai bahwa Purbaya Yudhi Sadewa, merupakan seorang ekonom yang baik, paham persoalan, namun dia belum memiliki pengalaman secara langsung mengelola fiskal dan ekonomi secara keseluruhan.
"Jadi bisa dikatakan dia bukan pilihan terbaik. Masih ada pilihan yang lebih baik, misalnya, wamennya Suahasil," pungkasnya. (E-4)