Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X memanggil sejumlah pimpinan universitas di Yogyakarta. Mereka yang hadir dari rektor hingga wakil rektor. Di antaranya dari UGM, UNY, UIN, UPN, UII, dan lain sebagainya.
Pertemuan ini berlangsung dari 19.30 WIB hingga 22.30 WIB
"Pertemuan kami ini dengan para rektor maupun pembantu rektor di DIY ini untuk menyamakan persepsi dan harapan saya untuk bisa memberikan pemahaman, menyampaikan aspirasi boleh, tidak ada yang melarang," kata Sultan.
"Tapi seperti yang saya sampaikan, untuk menumbuhkan demokratisasi di Yogya itu dengan baik ya, dengan sopan, bukan dengan kekerasan yang ada," katanya.
Sultan bilang dia ingin para pimpinan universitas bisa mengarahkan para mahasiswanya.
"Saya ingin bapak-bapak rektor ini juga bisa mengarahkan para mahasiswa," bebernya.
Sultan mengatakan dirinya sudah menghubungi dinas-dinas pendidikan bagi pelajar SMA-SMP yang banyak terlibat demonstrasi untuk tidak membolos. Tugas mereka adalah sekolah.
"Enggak perlu harus bolos semua. Karena tugasnya itu anak-anak ini bersekolah. Kalau yang dewasa, untuk menyampaikan aspirasi dan sudah waktunya juga, enggak bisa kita melarang," bebernya.
Informasinya besok aksi unjuk rasa akan kembali digelar.
Sultan mengatakan demokrasi juga harus dilakukan dengan etika yang baik.
"Tanpa harus ada perusakan maupun kerusakan-kerusakan yang sifatnya anarkis. Itu aja kesepakatannya," bebernya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito, yang hadir dalam pertemuan itu mengatakan pertemuan ini untuk menyamakan persepsi.
"Menyamakan persepsi agar kita menjaga, memfasilitasi, silakan demonstrasi, tetapi tolong hindari dan cegah kekerasan. Karena, peristiwa kasus ketegangan sekarang ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Sekarang ini, potensi yang lebih anarkis itu gede banget, dan itu lebih sistematis gitu," kata Arie.
Para pimpinan universitas diminta agar menyakinkan para mahasiswa bahwa kampus akan melindungi mahasiswa dan warga Yogya.
"Tetapi, pada saat yang sama, kita harus saling memperkuat agar potensi manipulasi agar ini tidak destruktif. Itu aja sebetulnya, dan saya rasa tadi beliau (Sultan) selalu mengingatkan, jangan sampai juga kita seperti horor, gitu, ya. Sekalipun ini kita akui bahwa peristiwa-peristiwa di Jakarta. Bahkan, saya menyebut bahwa Siaga 1 ini didesain oleh siapa begitu," katanya.
Arie bilang ketegangan ini jangan sampai menciptakan horor yang menjadi alasan untuk mereproduksi simbol-simbol kekerasan yang lebih besar.