Jakarta (ANTARA) - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berharap tren penurunan suku bunga acuan (BI-Rate) yang diikuti dengan semakin longgarnya likuiditas bisa meredakan persaingan atau perang antarbank untuk mendapatkan dana pihak ketiga (DPK).
“Dengan penurunan bunga ini dan makin banyaknya likuiditas, mudah-mudahan persaingan antarbank untuk mendapatkan DPK juga akan berkurang,” kata Direktur BCA Haryanto T. Budiman saat konferensi pers “BCA Wealth Summit 2025” di Jakarta, Rabu.
Haryanto mengatakan bunga deposito di BCA tidak pernah terlalu tinggi. Sementara bunga pinjaman BCA bahkan tidak berubah saat Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2024.
Dengan tren pelonggaran moneter sejak akhir tahun lalu hingga saat ini, ia menambahkan bahwa BCA melakukan sejumlah penyesuaian terutama bunga pinjaman korporasi.
“Tapi untuk pinjaman konsumer, saya rasa kami tidak pernah menaikkan bunga dari dulu,” ujar Haryanto.
Menurut dia, konsumsi menjadi penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi sehingga BCA berupaya menjaga daya beli masyarakat melalui beragam produk, termasuk kredit pemilikan rumah (KPR).
Dalam gelaran BCA Expo 2025 yang berlangsung secara offline dan online hingga akhir September, Haryanto menyebut minat masyarakat terhadap kredit konsumer masih menunjukkan tren positif.
“Properti multiplier effect-nya besar. Itu kenapa BCA sangat komitmen dari sisi KPR. Karena KPR itu bagus, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena bukan hanya soal gedung dan tanah, tapi semua ekosistemnya akan ikut terbantu,” ujar dia.
Secara keseluruhan, BCA tetap optimistis penyaluran kredit tetap tumbuh positif sepanjang tahun ini. Perseroan tidak melakukan revisi terhadap Rencana Bisnis Bank (RBB), dengan mempertahankan target pertumbuhan kredit pada kisaran 6-8 persen hingga akhir tahun.
“Sesuai dengan apa yang kami sampaikan, 6-8 persen sampai akhir tahun. Mudah-mudahan kami masih bisa mencapai itu. Sejauh ini kami lihat tren untuk KPR juga seharusnya on track untuk pertumbuhan itu,” kata Haryanto.
Per Juni 2025, BCA membukukan pertumbuhan kredit secara konsolidasi sebesar 12,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp959 triliun. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada kredit korporasi yang naik 16,1 persen mencapai Rp451,8 triliun.
Sementara total DPK naik 5,7 persen yoy menyentuh Rp1.190 triliun. Dana giro dan tabungan (CASA) secara konsolidasi berkontribusi sekitar 82,5 persen dari total DPK, tumbuh 7,3 persen mencapai Rp982 triliun.
Sebagai informasi, sejak September 2024, Bank Indonesia mulai menurunkan BI-Rate setelah periode pengetatan moneter. Pada bulan tersebut, BI-Rate dipangkas sebesar 25bps menjadi di level 6 persen.
Selanjutnya, sejak awal tahun ini, BI telah menurunkan BI-Rate pada Januari, Mei, dan Juli masing-masing sebesar 25bps.
Terbaru, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025, bank sentral kembali memangkas BI-Rate sebesar 25bps sehingga kini berada pada level 5 persen.
Baca juga: BCA beri edukasi keuangan bagi 278 ribu peserta hingga semester I 2025
Baca juga: BCA dukung UMKM lewat pelatihan sertifikasi halal
Baca juga: BCA ingatkan faktor manusia sering menjadi pintu masuk kejahatan siber
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.