Beijing (ANTARA) - Pemerintah China berharap Amerika Serikat benar-benar terbuka untuk menerima mahasiswa Tiongkok seperti pernyataan Presiden Donald Trump.
Sebelumnya Presiden Donald Trump menyatakan ia mengizinkan 600.000 mahasiswa China masuk ke universitas-universitas Amerika dengan mengatakan "Saya mendengar banyak cerita tentang 'Kami tidak akan mengizinkan mahasiswa mereka,' tetapi kami akan mengizinkan mahasiswa mereka masuk. Kami akan mengizinkannya. Ini sangat penting, 600.000 mahasiswa," kata Trump.
"Kami berharap Amerika Serikat akan menindaklanjuti komitmen Presiden Trump untuk menyambut mahasiswa China yang belajar di negara tersebut, menghentikan tindakan pengganggu, interogasi, atau deportasi tanpa alasan yang sah, serta sungguh-sungguh melindungi hak dan kepentingan yang sah dan legal mereka," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, Rabu (27/8).
Pernyataan Trump memang kontras dengan pernyataan sebelumnya yang mengharuskan pemeriksaan tambahan untuk mereka yang mengajukan permohonan visa pelajar, memblokir pendaftaran mahasiswa asing di Harvard, dan memperluas alasan penghentian mahasiswa internasional untuk belajar di AS.
Bahkan Menteri Luar Negeri Marco Rubio mengatakan pada Mei 2025 bahwa Departemen Luar Negeri akan mencabut visa bagi mahasiswa yang terkait dengan Partai Komunis China dan meningkatkan pemeriksaan pelamar visa pelajar baru dari China.
"Pertukaran dan kerja sama di bidang pendidikan membantu memperkuat interaksi dan pemahaman antara masyarakat dari berbagai negara," tambah Guo Jiakun.
Pemerintah China sebelumnya juga memprotes tindakan AS terhadap mahasiswa China di AS yang mengalami perlakuan tidak adil dan dibawa ke ruangan terpisah untuk interogasi dalam waktu lama.
Beberapa di antaranya bahkan ditahan lebih dari 70 jam dan dipaksa berulang kali menjawab pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan tujuan perjalanan mereka ke AS.
Beberapa visa mahasiswa bahkan dicabut dan mereka dilarang masuk ke negara tersebut setelah diberitahu bahwa mereka "mungkin mengancam keamanan nasional".
Langkah-langkah AS tersebut menurut pemerintah China secara serius melanggar hak dan kepentingan sah warga negara China, menghambat aliran orang antara kedua negara, dan meredam pertukaran antarmasyarakat China-AS.
Partai Komunis China dan pemerintah China menyebut tidak akan pernah membiarkan warga negaranya yang bepergian ke AS diperlakukan secara tidak adil di mana pun dan kapan pun.
"Kami mendesak AS untuk menghadapi masalah ini secara langsung, memperhatikan kekhawatiran China, bertindak sesuai dengan pernyataan pemimpin AS yang menyambut mahasiswa China, dan menghentikan interogasi, intimidasi, dan deportasi yang tidak berdasar terhadap mereka," kata dia.
Jumlah mahasiswa China di AS mencapai puncaknya di angka 372.532 pada tahun ajaran 2019-2020, tepat ketika pandemi COVID-19 melanda. Jumlah tersebut turun menjadi 289.526 pada 2022 dan selanjutnya turun menjadi 277.398 pada 2023.
Jumlah tersebut mencakup lebih dari separuh mahasiswa internasional di AS. Pada 2023 saja, mahasiswa China berkontribusi lebih dari 14 miliar dolar AS bagi perekonomian Amerika.
Baca juga: AS akan buka lagi visa mahasiswa internasional, cek medsos jadi syarat
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.