Orang-orang berjalan di jalan yang dikelilingi gedung-gedung yang hancur akibat bombardir Israel di Jalur Gaza, Selasa, 29 Juli 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Media Israel telah melaporkan meningkatnya seruan dari para tokoh keamanan dan politik serta keluarga tentara yang terbunuh atau tertangkap di Jalur Gaza agar pemerintah segera melakukan perundingan langsung dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas.
Perundingan itu untuk mengakhiri perang dan mengembalikan para tawanan, mengingat keyakinan yang semakin kuat bahwa ketiadaan inisiatif dari pihak Israel adalah hal yang memperpanjang penderitaan.
Dikutip dari Aljazeera, Rabu (6/8/2025), konsultan media dan strategi Haim Rubinstein menekankan Israel belum mencoba menempatkan inisiatif komprehensif di meja perundingan.
Rubinstein mempertanyakan alasan Israel bersikeras menuduh Hamas menolak tanpa memberikan proposal konkret. "Biarkan Hamas menolaknya, tapi setidaknya mari kita mulai dengan inisiatif Israel," kata dia.
Lior Lotan, mantan Koordinator Tahanan dan Tawanan di Kantor Perdana Menteri, menekankan perlunya mengubah pendekatan negosiasi secara menyeluruh.
Dia menyarankan pembicaraan langsung antara kedua pasukan militer di mana isu-isu Gaza, tentara yang ditangkap dan pengaturan militer untuk mengakhiri perang akan dibahas dengan alasan bahwa inilah saatnya untuk mencoba jalur ini alih-alih mengandalkan perantara.
Ayah dari tawanan Israel, Ophir Braslavsky, berpendapat bahwa posisi Hamas dalam kesepakatan pertukaran tersebut telah jelas dan konsisten sejak awal perang.
Hamas telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membebaskan semua tawanan dan mengakhiri pertempuran, yang sejauh ini belum ditanggapi secara nyata oleh pihak Israel, demikian menurut ayah salah satu tentara yang terbunuh di Gaza.
Yizhar Shai, ayah dari salah satu tentara yang terbunuh di Gaza, membuat seruan tajam kepada keluarga-keluarga Israel, menyerukan kepada mereka untuk memberontak dan segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan para tentara di Gaza.