Polisi menembakkan gas air mata dan water cannon kepada massa pendemo di depan Kantor Bupati Pati, Rabu (13/8). Menurut polisi, hal ini dilakukan karena demo sudah mulai rusuh sehingga massa harus dipukul mundur.
Massa pendemo yang berbagai dari kalangan mulai dari orang tua, lansia hingga anak-anak terkena dampak gas air mata ini. Mereka berhamburan menghindari serbuan gas yang membuat mata perih ini.
Soal Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan gas air mata ke massa pendemo lansia dan anak-anak ini, polisi menyebut sudah sesuai standar.
"Tentunya protap SOP yang dilakukan oleh pihak kepolisian sudah sesuai. Karena kita dari awal pada saat aksi unjuk rasa yang damai itu berjalan dengan lancar dan kita menjamin keamanan dari para demonstran," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto kepada wartawan di kantor Bupati Pati.
Artanto mengatakan demonstrasi awalnya berjalan kondusif. Namun, menjelang siang hari, muncul kelompok lain yang bersifat anarkistis. Kondisi ini membuat polisi melepaskan gas air mata water cannon.
"Sehingga merusak suasana aksi unjuk rasa yang damai ini, dengan melakukan kegiatan pelemparan berupa air mineral, batu tongkat, buah busuk dan sebagainya. Yang mengakibatkan situasi menjadi, eskalasinya menjadi meningkat dan chaos," ujar dia.
34 Demonstran dan 7 Polisi Terluka
Ada 34 pendemo terluka dirawat di RSUD Soewondo Pati. Sementara itu, polisi yang terluka juga ada 7 personel.
"Ada korban dari kedua belah pihak, baik dari anggota Polri maupun dari masyarakat terhadap aksi anarkis ini, yaitu ada 34 orang saat ini sedang diobati dan dirawat di RSUD Soewondo," ujar Artanto.
"Dan ada yang sudah dipulangkan karena tidak terlalu riskan atau berbahaya untuk sakitnya. Kurang lebih ada 7 dari anggota Polri ya, 7 atau mungkin bisa lebih," lanjut dia.
Lebih lanjut, Artanto juga mengatakan rata-rata luka yang dialami masyarakat dan anggota Polri adalah luka dari lebam.
"Kemudian luka bocor kepala atau luka kepala robek kulit aksi anarkistis," ujar dia.
Massa demo menuntut Bupati Pati Sudewo mundur ini diikuti ribuan warga dan berujung ricuh pada Rabu (13/8) siang.