
Kabar mengenai Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengumumkan paket keringanan utang senilai USD 2,21 miliar untuk 100 ribu petani menjadi berita populer sepanjang, Sabtu (6/9).
Berikutnya, berita mengenai Amerika Serikat di ambang resesi turut menjadi kabar yang banyak dibaca. Berikut rangkumannya.
Banyak Petani Gagal Bayar, Brasil Hapuskan Utang Senilai Rp 36,3 Triliun
Pemerintah Brasil memutuskan untuk menghapus utang petani senilai Rp 36,3 triliun sebagai respons atas lonjakan kasus gagal bayar di sektor agribisnis.
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, yang menyatakan insentif senilai USD 2,21 miliar ini ditujukan untuk sekitar 100 ribu petani kecil dan menengah yang terdampak peristiwa iklim ekstrem.
Pemerintah berharap langkah ini mampu menjaga ketahanan pangan Brasil di tengah tantangan berat akibat perubahan iklim dan mendukung daya tahan sektor agriculture nasional.
Paket keringanan utang ini juga diharapkan bisa memperkuat posisi para petani dalam menghadapi kondisi ekonomi yang semakin menantang.
Menurut data yang dikutip dari Bloomberg, lonjakan gagal bayar paling banyak menimpa para nasabah Banco do Brasil, bank terbesar di negara tersebut. Tercatat sekitar 20 ribu klien bank itu mengalami gagal bayar.
CEO Banco do Brasil, Tarciana Medeiros, menyebutkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh tekanan suku bunga tinggi dan biaya input yang terus meningkat.
Dalam unggahan di media sosial, Presiden Lula menegaskan bahwa kebijakan penghapusan utang ini akan memberikan rasa aman kepada para penggarap lahan, sekaligus memastikan pasokan pangan ke masyarakat tetap terjaga.
Selain itu, Brasil diharapkan semakin siap menghadapi risiko akibat perubahan iklim.
Sektor agriculture merupakan salah satu penopang utama perekonomian Brasil serta menjadi sumber pasokan penting bagi komoditas dunia seperti biji-bijian, kopi, daging, kapas, dan gula. Tantangan yang dihadapi para petani dalam beberapa tahun terakhir semakin kompleks, namun pemerintah berharap insentif ini dapat membantu meringankan beban dan menjaga stabilitas sektor pertanian ke depan.
Ekonomi AS di Ambang Resesi, Tingkat Pengangguran Terus Melonjak

Ekonomi Amerika Serikat kini berada di ambang resesi setelah tingkat pengangguran melonjak ke angka 4,3 persen, level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Lemahnya pertumbuhan lapangan kerja pada Agustus menjadi salah satu indikator utama yang memicu kekhawatiran pasar.
Banyak pihak kini memusatkan perhatian pada langkah Federal Reserve untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Laporan dari Reuters menyebutkan, perlambatan pertumbuhan lapangan kerja yang terjadi sejak April 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi pemerintahan sebelumnya, seperti penerapan tarif impor, pengetatan imigrasi, dan pemangkasan besar-besaran pegawai negeri.
Ekonom Christopher Rupkey menilai perusahaan-perusahaan saat ini lebih berhati-hati dalam perekrutan dan menganggap pemangkasan suku bunga The Fed sebagai solusi utama.
Pada Agustus, penambahan lapangan kerja nonpertanian hanya mencapai 22.000, jauh di bawah ekspektasi ekonom yang memperkirakan 75.000.
Angka rata-rata pertumbuhan lapangan kerja dalam tiga bulan terakhir juga turun drastis menjadi hanya 29.000 per bulan, dibandingkan 82.000 pada periode yang sama tahun lalu.
"Sektor kesehatan masih mencatat penambahan lapangan kerja tertinggi, sementara sektor pemerintah dan manufaktur justru mengalami penurunan secara beruntun," tulis laporan tersebut seperti yang dikutip kumparan, Sabtu (6/9).
Meski upah rata-rata per jam masih tumbuh 0,3 persen secara bulanan dan mencapai kenaikan tahunan 3,7 persen, penurunan jam kerja dan lonjakan pengangguran menimbulkan kekhawatiran atas prospek pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Beberapa sektor besar seperti konstruksi, perdagangan grosir, informasi, hingga layanan profesional turut melaporkan PHK atau berkurangnya lowongan kerja.
Pasar keuangan saat ini memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat persen pada rapat September mendatang untuk merespons tekanan pelemahan pasar tenaga kerja.
Indeks saham Wall Street turut melemah, dolar AS jatuh terhadap mata uang utama lain, dan yield obligasi pemerintah menurun. Durasi rata-rata pengangguran pun naik ke 24,5 minggu, dengan semakin banyak warga yang kehilangan pekerjaan secara permanen.