
Informasi mengenai pemanfaatan anggaran Badan Gizi Nasional (BGN) Rp 335 triliun untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 2026 menjadi salah satu berita populer di kumparanBisnis sepanjang Selasa (19/8).
Kabar yang tak kalah menyita perhatian publik adalah pernyataan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait scam atau penipuan keuangan yang dinilai bisa merenggut kepercayaan publik.
Berikut ini rangkuman selengkapnya:
Penggunaan Dana MBG Rp 335 T pada 2026

Kepala BGN Dadan Hindayana menjelaskan sebagian besar dana yang akan diterima oleh BGN untuk program MBG pada 2026 adalah untuk bahan baku. Dalam Buku Nota Keuangan Tahun Anggaran 2026, ada Rp 335 triliun untuk pelaksanaan MBG.
Dadan mengatakan dengan asumsi penerima manfaat sebanyak 82,9 juta, BGN harus mengeluarkan Rp 1,2 triliun untuk operasional MBG per hari atau setara dengan Rp 25 triliun per minggu. Kemudian, menurut Dadan, MBG umumnya digelar pada 20 hingga 21 hari dalam satu bulan, lalu dikalikan 12 bulan selama satu tahun.
“Kalau 82,9 juta penerima manfaat di akhir November atau Desember (2025) maka Januari (2026) itu setiap hari Badan Gizi akan mengeluarkan Rp 1,2 triliun setiap hari dan itu 85 persen-nya untuk membeli bahan baku,” kata Dadan dalam gelaran Talkshow Potret 1 Tahun BGN di Kantor Berita Antara, Jakarta, Selasa (19/8).
Dadan memastikan sebanyak 95 persen pemenuhan bahan baku untuk MBG adalah produk pertanian. Sehingga dia yakin pelaksanaan program ini juga akan mendorong kemajuan sektor pertanian Indonesia.
Selain untuk intervensi atau bahan baku MBG, anggaran Rp 335 triliun pada 2026 juga akan digunakan untuk dukungan manajemen termasuk digitalisasi. Dadan mengakui saat ini banyak Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang masih tertinggal dari sisi digitalisasi.
OJK Sebut Scam Keuangan Bisa Renggut Kepercayaan Publik ke Industri

OJK menegaskan maraknya penipuan atau scam keuangan tidak bisa dibiarkan. Apalagi, sudah banyak masyarakat yang terkena scam tersebut.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyebut jumlah laporan terkait penipuan yang diterima Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) sejak didirikan pada November 2024 mencapai 800 laporan per hari, jauh lebih tinggi dibanding Singapura (140 laporan) dan Malaysia (130 laporan).
“Dan itu pun menyadari bahwa Anti-Scam Center ini baru berusia 10 bulan, sehingga dapat diproyeksikan upaya untuk penyelamatan dan pengaduan dari laporan ini akan terus meningkat,” ujar Mahendra dalam acara Indonesia Digital Bank Summit 2025 & Launching Kampanye Nasional Waspada Penipuan dan Keuangan Ilegal di Jakarta, Selasa (19/8).
Mahendra menekankan maraknya praktik scam tidak lagi bisa dipandang sebagai kasus perorangan. Ia menegaskan besarnya jumlah kerugian dan laporan masyarakat telah menjadikan penipuan keuangan sebagai ancaman sistemik yang berpotensi merusak kepercayaan publik.
"Dan besaran tadi itu menggambarkan ancaman scam bukan sekadar masalah individu lagi, melainkan ancaman sistemik terhadap kepercayaan publik pada industri jasa keuangan dan pada regulator serta kepada para penegak hukum,” ungkap Mahendra.