Di sisi lain, Tian dan Hana mencoba memaknai waktu-waktu terakhir sebelum Tian menjalani operasi otak yang berisiko menghapus memorinya. Mereka berdua menciptakan kenangan-kenangan manis—tawa, pelukan, dan kata-kata cinta yang diucapkan dengan penuh harap. Tian berjanji akan berjuang sekuat tenaga agar tak melupakan Hana, meski tak ada jaminan.
Namun saat hari operasi tiba, sebuah kejutan menghantam keras hati Hana. Yuda, yang percaya Tian akan kehilangan ingatannya pasca operasi, datang ke rumah sakit dengan membawa dokumen resmi. Ia mengklaim hak asuh penuh atas Tian dan berniat membawa anaknya pulang—tanpa Hana. Ia ingin menghapus kehadiran Hana dari hidup Tian, seolah semua kenangan itu tak pernah ada.
Hana hanya bisa terdiam. Dunia seakan runtuh di hadapannya. Tangis tak lagi cukup untuk menggambarkan luka yang ia rasakan. Satu-satunya orang yang ia cintai, kini berada di ambang kehilangan dirinya... dan ia tak bisa berbuat apa-apa.