Strategi Pramono Percepat Target Layanan PAM Jaya

INFO NASIONAL – Tong-tong air berkelir biru berderet di samping warung kopi. Sebagian kosong dan lainnya terisi penuh air. Dari dalam warung, seorang perempuan paruh baya mengambil empat ciduk untuk mengisi ceret. Empat pria di kursi depan warung melihat aksinya seraya menanti kopi hitam panas siap disajikan.

“Air PAM belum masuk sini, makanya saya harus beli air,” ucap perempuan yang akrab dipanggil Mpok Minah kepada Tempo, 20 Agustus 2025. Rumah sekaligus warungnya hanya beberapa meter dari tembok bagian belakang Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara.

Dalam sehari, Mpok Minah setidaknya membeli tiga tong air untuk keperluan memasak dan mandi. Satu tong kira-kira dapat terisi empat jeriken air. Dengan harga setiap jeriken Rp 2.500, ia mesti merogoh kocek Rp 30 ribu per hari.

“Memang mahal,” kata Mpok Minah. “Kami berharap banget air PAM segera dipasang agar pengeluaran tiap bulan lebih murah.”

Kelangkaan air bersih yang dialami warga menjadi perhatian Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga. Ia berharap PAM Jaya menjadikan wilayah yang rentan mengalami intrusi air laut sebagai prioritas perpipaan. Apalagi, penggunaan air tanah berlebihan mengakibatkan penurunan muka tanah yang membahayakan masyarakat.

PT MRT Jakarta, Perumda PAM Jaya dan Palyja merelokasi pipa diameter 600 milimeter di Jalan Pintu Besar Selatan dan Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Dok. Pemprov Jakarta

“Beberapa riset menunjukkan, titik-titik yang pengambilan air tanahnya dikurangi, bahkan dihentikan, penurunan (air tanah) itu melambat,” ucap Nirwono. “Jadi akan menjadi berita baik kalau diimbangi dengan pemasangan jaringan perpipaan yang kini sedang dipercepat oleh PAM Jaya.”

Gubernur Pramono Anung memahami kelangkaan air bersih merupakan salah satu masalah yang dihadapi Jakarta. Dalam rapat paripurna DPRD, Kamis, 4 September 2025, ia menargetkan cakupan layanan air perpipaan menjadi 100 persen pada 2029, lebih cepat setahun dari target semula.

Pramono optimistis target itu tercapai. Sebab, saat ini cakupan layanan air perpipaan sudah mencapai 70,29 persen. “Kalau kita bekerja bersama, persoalan air bisa diselesaikan dan target 2029 tercapai,” ucapnya.

Sejumlah proyek masif tengah berjalan. Antara lain pembangunan jaringan pipa sepanjang 7.000 kilometer dengan investasi Rp18,9 triliun, penyelesaian Instalasi Pengolahan Air (IPA) Buaran III senilai Rp1,94 triliun, serta proyek pipa Pesanggrahan dan Ciliwung yang hampir rampung.

Untuk mempercepat target, Pemerintah Provinsi juga mengusulkan perubahan status hukum PAM Jaya dari Perusahaan Umum Daerah (Perumda) menjadi Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda). Perubahan ini diyakini memberi fleksibilitas dalam menjalin kemitraan dan menarik investasi non-APBD. “Dengan menjadi perseroan, PAM Jaya bisa lebih leluasa mengelola sumber daya,” kata Pramono.

Perubahan status ini sekaligus membuka ruang masuknya investasi swasta tanpa mengurangi kendali publik. Skema serupa sudah terbukti di sejumlah BUMD lain, seperti PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) dan PT Jakarta Propertindo (Jakpro), yang mampu memperluas layanan dengan tetap berada dalam pengawasan pemerintah daerah. Dengan pola yang sama, PAM Jaya diharapkan lebih gesit mengatasi defisit air bersih yang selama ini membebani warga.

Langkah ini juga menegaskan bahwa kebijakan Pramono bukan sekadar teknis infrastruktur, melainkan pemenuhan hak dasar warga. Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang berdampak pada kesehatan dan ekonomi rumah tangga.

Dengan percepatan target 2029, Pemprov Jakarta ingin memastikan bahwa seluruh warga, terutama kalangan kecil seperti Mpok Minah, tidak lagi terbebani biaya tinggi hanya untuk kebutuhan sehari-hari.

Dirut PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku menyanggupi target yang diberikan Pramono. Saat ini, swastanisasi air di Jakarta telah berakhir, sehingga Badan Usaha Milik Daerah bisa mengendalikan operasional lebih optimal.

"Ini sesuai dengan janji kami ketika 100 hari kerja Pak Gubernur, bahwa kita bisa sampai 20 ribu pelanggan. Secara total dari saat kita mengambil alih dan disebut PAM Jaya reborn 2023, kita sudah di angka 75 ribu untuk sambungan baru," ujar Arief.

Menurutnya, perluasan layanan juga didukung dengan penambahan jaringan pipa distribusi dari 12.120 kilometer pada 2022 menjadi 12.600 kilometer per Juni 2025. Kapasitas produksi air pun naik dari 20.757 liter per detik menjadi 22.651 liter per detik.

Pengamat kebijakan publik, Kanti Rahmillah, menilai perubahan menjadi Perseroda langkah tepat untuk mencegah privatisasi sektor publik. “Krisis air di banyak negara disebabkan tata kelola kapitalistis. Negara harus hadir sebagai pengurus, bukan sekadar regulator,” ujarnya.

Adapun pengamat dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, mengingatkan masyarakat ikut menjaga jaringan perpipaan. “Jangan sampai merusak. Menjaga aset juga tanggung jawab warga,” ucapnya.

Trubus menambahkan, edukasi kepada masyarakat penting untuk mengurangi penggunaan air tanah. Pemakaian air tanah berlebihan dapat memperparah penurunan muka tanah dan meningkatkan risiko banjir.

“Penggunaan air tanah membuat listrik jadi mahal dan menyebabkan tanah di Jakarta terus turun setiap tahun. PAM Jaya perlu mengedukasi warga agar beralih ke penggunaan air perpipaan,” pungkasnya. (*)