Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk merevisi turun target margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tahun ini secara konservatif sembari memperkirakan pemulihan margin di tengah prospek likuiditas yang positif pada paruh kedua 2025.
Sebelumnya, BNI menargetkan NIM pada 2025 dapat mencapai kisaran 4-4,2 persen. Kini target NIM direvisi menjadi 3,8 persen untuk sepanjang tahun ini.
“Meski memandang kondisi likuiditas yang akan lebih positif di paruh kedua tahun ini, kami memilih untuk konservatif dan merevisi turun target NIM tahun ini untuk berada di kisaran 3,8 persen,” kata Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena dalam Public Expose Live 2025 yang digelar BEI di Jakarta, Senin.
Paolo mengungkapkan, NIM BNI mengalami tekanan di kuartal I dan berlanjut di kuartal II tahun ini, terutama dari sisi cost of fund atau biaya dana akibat persaingan likuiditas di industri perbankan. Pada semester I 2025, NIM BNI tercatat turun menjadi 3,8 persen.
“NIM mengalami penurunan menjadi 3,8 persen di semester pertama tahun ini. Penyebab utamanya adalah persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang semakin ketat, sementara posisi kondisi ekonomi belum optimal,” kata dia.
Pada paruh pertama tahun ini, DPK BNI tumbuh sebesar 16,5 persen year on year (yoy) menjadi Rp900 triliun, didominasi oleh peningkatan dana murah atau CASA yang tumbuh pesat 18,7 persen yoy menjadi Rp647,6 triliun.
Pertumbuhan rekening giro sebesar 25,1 persen yoy dan tabungan 10,5 persen yoy mendorong peningkatan rasio CASA menjadi 72,0 persen, naik dari 70,7 persen ada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Pertumbuhan DPK yang kami front load di semester I tahun 2025 ini tentu berdampak pada kenaikan di sisi biaya dana atau cost of fund. Cost of fund di kuartal II mencapai 2,8 persen, naik 9 basis poin (bps) secara year on year,” jelas Paolo.
Meski demikian, imbuh Paolo, BNI tetap optimis kondisi likuiditas perbankan akan lebih baik pada semester II tahun ini, didukung dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate menjadi 5,0 persen per Agustus 2025 serta adanya penyesuaian dari kebijakan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), baik dari sisi jumlah lelang maupun suku bunga.
“Dengan level LDR (loan to deposit ratio) yang kami tetap jaga di level yang sehat (di level 86,2 persen), kami akan mengoptimalkan pertumbuhan kredit dan DPK di sisa tahun 2025 dengan manajemen likuiditas yang prudent,” kata Paolo.
Sementara target NIM direvisi, Paolo mengatakan bahwa target pertumbuhan kredit BNI tidak berubah untuk tahun ini yakni tetap di kisaran 8-10 persen.
Hingga akhir Juni 2025, kredit BNI tumbuh 7,1 persen yoy menjadi Rp778,7 triliun. Penyaluran kredit BNI didominasi kredit korporasi yang tumbuh 10,4 persen menjadi Rp435,8 triliun. Adapun rasio non-performing loan (NPL) membaik ke level 1,9 persen.
Sementara itu, biaya kredit atau credit of cost tercatat konsisten pada level yang rendah yaitu 1 persen hingga semester I 2025. Untuk sepanjang tahun, target cost of credit juga tidak berubah, yakni tetap sekitar 1 persen.
Baca juga: BNI raih laba bersih Rp5,4 triliun pada kuartal pertama 2025
Baca juga: BNI targetkan kredit korporasi dan konsumer naik 8-10 persen pada 2025
Baca juga: BNI: Penurunan BI-Rate buka ruang penyesuaian bunga kredit bertahap
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.