Ekonom sekaligus Policy and Program Director Lembaga Riset Prasasti, Piter Abdullah, menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen pada kuartal II 2025 adalah pertumbuhan yang nyata (real), meskipun di tengah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor.
"5,12 persen itu pertumbuhan real. Kalau dilihat dari datanya BPS, investasi itu meningkat pesat sekali, termasuk di sektor manufaktur dan kawasan ekonomi khusus. Banyak data yang tidak terjangkau para pengamat, tapi jelas dijelaskan oleh BPS," kata Piter, Selasa (12/8).
Piter menjelaskan, sejumlah indikator yang selama ini kerap dijadikan acuan oleh para ekonom, seperti penjualan mobil atau semen, sudah tidak lagi relevan sebagai tolok ukur utama pertumbuhan ekonomi.
Dia mencontohkan, meskipun penjualan mobil mengalami penurunan, namun ternyata mobilitas masyarakat malah justru meningkat tajam.
“Penjualan mobil memang turun, tetapi mobilitas masyarakat justru naik tinggi sekali. Konsumsi sekarang lebih banyak untuk jalan-jalan, wisata, dan makan di restoran,” ujarnya.
Menanggapi kekhawatiran publik terhadap maraknya PHK, Piter menekankan pentingnya melihat gambaran pasar tenaga kerja secara utuh. Dia mengatakan, jumlah pekerja yang direkrut sebenarnya jauh lebih besar dibandingkan angka PHK.
"Kita melihat yang di-PHK, tapi kita tidak melihat mereka yang dapat kerja. Data BPS mencatat jumlah yang di-PHK sekitar 80 ribu tahun lalu, tapi yang mendapatkan pekerjaan baru totalnya sekitar 3,5 juta,” jelasnya.
Menurut Piter, ekonomi digital menjadi penyerap tenaga kerja yang signifikan, mulai dari pengemudi online hingga pedagang di e-commerce.
“Orang yang kena PHK itu kan tidak akan diam saja. Ekonomi digital menjadi wadah penampungan sementara. Orang bisa cepat mendapat pekerjaan baru, entah jadi driver, konten kreator, atau pedagang di e-commerce,” tegasnya.
Piter menegaskan, pembahasan mengenai peningkatan angka PHK sebaiknya disertai dengan data pembukaan lapangan kerja agar penilaian lebih seimbang.
Dia menjelaskan, banyak pekerja yang beralih ke sektor digital dan tetap memperoleh pendapatan, sehingga membuat daya beli mereka masih terjaga.
"Jadi narasi PHK yang naik itu harusnya jangan berhenti di situ saja, tapi harus kita sandingkan dengan data-data lain yang menurut saya juga sangat support dan data itu valid ya, baik itu di sektor digital maupun yang ada data di BPS yang menyebutkan data hiring, data penerimaan pekerjaan itu, pembukaan lapangan kerja itu, ternyata masih cukup tinggi," imbuh dia.
Sebelumnya, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan tumbuh 4,04 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq).