Inflasi Restoran Naik, Menteri Tito: Daya Beli Masyarakat Baik

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menilai kenaikan inflasi pada sektor restoran menjadi sinyal positif daya beli masyarakat masih terjaga.

"Kalau inflasi intinya meningkat, ini ada kecenderungan indikasi bahwa daya beli masyarakat baik," ujar Tito dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah di kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (11/8/2025).

Ia menjelaskan, inflasi dibagi menjadi tiga jenis. Pertama, inflasi barang bergejolak (volatile goods) yang harganya dipengaruhi supply dan demand, seperti makanan, minuman, dan tembakau. Kedua, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered prices), seperti air minum, listrik, dan BBM. Ketiga, inflasi inti yang mencakup barang dan jasa di luar dua kategori tersebut, termasuk pakaian, kesehatan, pendidikan, dan restoran.

"Yang baik skenarionya adalah kalau makanan minuman tembakau tidak naik tinggi, tapi inflasi inti seperti restoran justru naik. Itu artinya daya beli masyarakat naik. Itu yang bagus," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juli 2025 menunjukkan inflasi umum year on year mencapai 2,37%, naik dari 1,87% pada Juni 2025. Secara bulanan, inflasi tercatat 0,30%. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau tumbuh 3,75% yoy, menyumbang 1,08 poin persentase terhadap inflasi.

Di sisi lain, sektor penyediaan makanan dan minuman/restoran mencatat inflasi tahunan 1,86%, dengan andil 0,19 poin persentase terhadap inflasi. Sementara untuk inflasi pendidikan 1,95%, dan kelompok perawatan pribadi serta jasa lainnya, termasuk pembelian emas, melonjak 9%.

Tito mengingatkan, kenaikan harga makanan dan minuman perlu diwaspadai karena menyumbang andil signifikan terhadap kenaikan inflasi Juli.

"Makanan minuman menyumbang andil kenaikan inflasi dari 1,87% ke angka 2,37%," tegasnya.

(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tunjuk Kondisi Warga Gaza & Sri Lanka, Tito Ingatkan Waspadai Inflasi