Menteri Wihaji Kerahkan Pendamping Keluarga dan Psikolog untuk Trauma Healing Korban Bencana Sumatera

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) Wihaji mengerahkan para penyuluh dan pendamping keluarga dalam merespons bencana di Sumatera.

“Alhamdulillah, sudah saya perintahkan para penyuluh, para tim pendamping keluarga di wilayah Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara untuk terjun ke lapangan. Tidak harus menunggu apa yang harus dibantu, bantu saja,” kata Wihaji kepada Health Liputan6.com usai membuka Genting Collaboration Summit 2025 di Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Dia menambahkan, selain kebutuhan primer, para korban bencana juga membutuhkan trauma healing alias pemulihan trauma.

“Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, sekarang butuh namanya trauma healing, itu yang sudah kita kerjakan, sudah mengirim laporan, InshaAllah teman-teman (penyuluh) sudah terbiasa dan punya pengalaman, baik mengajak psikolog maupun teman-teman Generasi Berencana (GenRe) yang melakukan trauma healing di beberapa titik terutama di Aceh,” jelasnya.

Pemulihan trauma, sambung Wihaji, tidak hanya diberikan kepada anak-anak. Mengingat, semua warga yang terdampak banjir bandang juga membutuhkannya.

“Tidak hanya anak, karena trauma healing tidak hanya (dibutuhkan) anak-anak tapi yang lain juga. Itu yang kami kerjakan, yang itu menjadi kewajiban kita di luar yang memang sudah dikerjakan oleh banyak institusi termasuk makan dan kebutuhan primer lain.”

Wihaji menilai, pemulihan secara psikologis adalah hal penting karena jika tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah serius di kemudian hari.

“Kita tahu ada psikologis yang kadang-kadang kalau enggak hati-hati ini bisa menjadi besar.”

Untuk itu, pihaknya turut mengundang psikolog untuk melakukan pemulihan trauma pasca bencana.

“Ada, jadi kita mengundang psikolog tapi juga kita punya sendiri teman-teman yang memang selama ini bekerja di lapangan. Teman-teman kita yang biasa mendampingi keluarga, jadi biasa untuk memberikan pelayanan psikologis untuk teman-teman yang kena bencana,” tambahnya.

Sebelumnya, bencana banjir bandang membuat banyak anak kehilangan tidak hanya rumah dan harta benda tapi juga sarana pendidikan baik formal maupun non formal.

Guna memulihkan kondisi psikis anak-anak dari trauma bencana, BKKBN Aceh melakukan pemulihan trauma dengan menghadirkan psikolog.

Sekitar 250 anak korban banjir bandang dan longsor di Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen dan dua camp pengungsian di Pidie Jaya, Aceh, menjalani pemulihan trauma pada 5 dan 6 Desember 2025.

Trauma healing dilakukan oleh Forum GenRe Provinsi Aceh di beberapa titik lokasi pengusian dan Balai KB. Dari rincian yang diterima, 150 anak berada di Kabupaten Pidie Jaya dan 100 anak di Kabupaten Bireuen.

Dari keterangan mantan Duta GenRe Putra Indonesia 2024 asal Aceh, Muhammad Dzaky Raihan, trauma healing diberikan kepada anak berusia 5 hingga 17 tahun. Mereka terlihat sangat ceria. Apalagi disuguhkan dengan berbagai permainan dan hadiah menarik.

"Kami juga menghadirkan psikolog," papar Dzaky, Senin (8/12/2025), di Banda Aceh.

Sementara di Pidie Jaya, kegiatan pemulihan trauma dihadiri Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Safrina Salim beserta tim. Dan TP PKK Aceh serta istri Wakil Gubernur Aceh, Ny. Mukarramah.

Walaupun sedang ditimpa musibah, beberapa anak masih terlihat sabar dan tabah.

"Ini tercermin dari senyum dan tawa mereka yang hangat," ungkap Dzaky.

Hal senada juga disampaikan Duta GenRe Putra Indonesia 2025 asal Aceh, Fikrul Azka. Menurutnya, banyak dari anak korban bencana banjir bandang dan longsor belum sadar sepenuhnya tentang apa yang sedang terjadi.

"Tapi di sesi bercerita dan meluapkan emosi, tak sedikit adik-adik kami ini menangis," cerita Fikrul.

Dia menambahkan, persediaan pakaian mereka sangat terbatas.