REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pembunuhan oleh Israel terhadap sejumlah jurnalis Aljazirah di Gaza memicu luapan duka dan kemarahan di berbagai platform media sosial. Ribuan orang menyerukan keadilan dan perlindungan bagi jurnalis Palestina.
Di X, pengguna membagikan ungkapan duka mendalam bagi para jurnalis Palestina, memuji keberanian mereka dan meratapi kehilangan tersebut.
Banyak yang menyoroti risiko luar biasa yang mereka hadapi saat meliput di tengah pengeboman tanpa henti, blokade, pengungsian, dan kelaparan di tengah serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang terkepung.
“Di dunia ini, (pembunuhan) jurnalis adalah kejahatan yang lebih besar daripada melakukan genosida secara terbuka,” tulis seorang pengguna.
Komedian Sammy Obeid menulis, “Satu-satunya alasan seseorang membunuh jurnalis adalah karena mereka mengatakan kebenaran.”
Jurnalis terkemuka Anas al-Sharif dan Mohammed Qreiqeh termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan terhadap tenda pers dekat Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza pada Ahad malam. Serangan itu juga menewaskan Ibrahim Zaher, Mohammed Noufal, Moamen Aliwa, dan Mohammed al-Khalidi.
Banyak penghormatan daring berfokus pada Anas al-Sharif, yang dijuluki 'suara Gaza'. Wajahnya salah satu yang paling dikenal di Gaza.
Ia menolak meninggalkan Gaza utara dan terus melaporkan dalam kondisi yang sangat berbahaya, bahkan setelah perintah evakuasi paksa dari Israel.
Anggota parlemen independen Inggris, Jeremy Corbyn, mengecam pembunuhan para jurnalis sebagai hal yang menjijikkan untuk diungkapkan dengan kata-kata.