REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform multibrand perhotelan dan akomodasi, RedDoorz, memaparkan ambisi untuk tidak hanya berinovasi dengan teknologi, tetapi juga memberdayakan pemilik hotel terkecil di seluruh negeri. Visi ini dinilai selaras dengan tren pariwisata yang terus berkembang, di mana wisatawan kini lebih fokus mencari akomodasi berkualitas dengan harga terjangkau.
Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal mengatakan inti dari strategi RedDoorz adalah kolaborasi dan inovasi teknologi. "Rencananya adalah untuk melanjutkan nota kesepahaman di masa mendatang, bagaimana kita dapat bekerja dan menerapkan teknologi kita kepada pemilik hotel terkecil di seluruh Indonesia dan bagaimana kita dapat memberikan kontribusi positif baik untuk pariwisata domestik maupun di sektor ekonomi kreatif," ujarnya seusai konferensi pers Perayaan 10 Tahun Perjalanan RedDoorz di Jakarta pada Selasa (12/8/2025).
Dia percaya teknologi yang dikembangkan RedDoorz selama lebih dari satu dekade ini, termasuk kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, adalah kunci untuk mengoptimalkan pendapatan mitra hotel. Dengan analisis data yang canggih, RedDoorz disebut dapat menentukan harga yang kompetitif dan tepat waktu, memastikan para mitra mendapatkan keuntungan maksimal.
Amit juga menyinggung tentang pergeseran tren di pasar Indonesia. Wisatawan kini tidak hanya mencari harga murah, melainkan nilai terbaik dari uang yang mereka keluarkan. "Saat ini wisatawan Indonesia terus mencari akomodasi berkualitas baik dan RedDoorz melalui mitra hotelnya dapat menyediakannya," kata dia.
Dia menyebut ada dua pilar utama dalam bisnis RedDoorz yakni pertama, teknologi untuk riset dan pemesanan yang mulus; dan kedua, pelatihan yang diberikan kepada mitra hotel untuk memastikan layanan akhir yang prima.
Terkait dengan ekspansi, RedDoorz terus menambah jumlah mitranya, namun dia menekankan fokus mereka saat ini adalah pada kualitas, bukan kuantitas. "Saya rasa target kami adalah kualitas daripada kuantitas sehingga kami melakukan manajemen portofolio, meningkatkan portofolio kami, dan saat ini pada akhir tahun ini kami akan terus memiliki sekitar 4.500 mitra hotel," ujarnya.
RedDoorz menandai 10 tahun perjalanannya, dengan membukukan 40 juta lebih malam inap di seluruh Indonesia. Sejak didirikan pada 2015, RedDoorz telah hadir di 257 kota, dengan total 4.500 properti yang tersebar di Indonesia dan Filipina.
Selama paruh pertama tahun 2025, RedDoorz mencatat performa yang memuaskan yakni pertumbuhan pendapatan 25 persen secara tahunan (YoY). "Semester satu tahun ini, pendapatan kami naik 25 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu (YoY)," ujar Amit.
Dalam perjalanannya, termasuk saat beradaptasi menghadapi pandemi Covid-19, RedDoorz meluncurkan lima multibrand, mulai dari budget hotel, properti premium, hingga konsep co-living, untuk menjawab kebutuhan segmen milenial dan Gen Z yang terus berkembang.
Brand di bawah naungan RedDoorz, seperti SANS dan UrbanView,
masing-masing tumbuh lebih dari 10 kali lipat sejak diluncurkan pada masa pandemi. Dua brand ini mencatatkan penjualan kamar yang tumbuh 30 persen pada semester satu 2025 (YoY). Dengan pertumbuhan yang pesat ini, SANS baru saja meresmikan pembukaan properti hotelnya yang ke-100 di Seminyak, Bali.
Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya, menyampaikan apresiasi atas tumbuh dan berkembangnya RedDoorz selama sepuluh tahun terakhir, terutama perannya yang turut menggerakan sektor ekonomi kreatif dalam negeri. "Maraknya penonton di berbagai konser musik, banyak yang terbantu oleh keberadaan akomodasi nyaman dan terjangkau di dekat lokasi konser. Ditambah efek domino di sub sektor lainnya, termasuk membuka lapangan pekerjaan bagi pekerja industri kreatif," ujar Harsya.