Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyambut baik pelaksanaan tahap pertama gencatan senjata di Gaza, termasuk pembebasan sandera baik dari Israel maupun Hamas.
"Tiongkok menyambut baik dan mendukung semua upaya yang kondusif untuk memulihkan perdamaian dan meredakan krisis kemanusiaan," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada 29 September 2025. Kedua kelompok sepakat untuk akan menjalankan tahap pertama dari rencana perdamaian di Jalur Gaza.
Selama tahap pertama tersebut, kesepakatan mencakup gencatan senjata di Gaza, pertukaran tawanan dan penarikan bertahap pasukan Israel. Hamas akan membebaskan warga Israel yang mereka sandera dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati di Jalur Gaza.
Sebanyak 1.966 warga Palestina, termasuk mereka yang menjalani vonis seumur hidup disebut sudah dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas.
"Tugas mendesak saat ini adalah mewujudkan gencatan senjata penuh dan berkelanjutan di Gaza sesegera mungkin, meredakan krisis kemanusiaan secara efektif, dan memulihkan stabilitas regional," tambah Lin Jian.
Prinsip "Palestina memerintah Palestina", ungkap Lin Jian, harus ditegakkan dalam pemerintahan pascakonflik Gaza, dan setiap pengaturan untuk masa depan Gaza harus menghormati keinginan rakyat Palestina dan selaras dengan solusi dua negara.
"China, seperti biasa, akan memainkan perannya sebagai negara besar yang bertanggung jawab, dan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk melakukan upaya tanpa henti demi solusi yang komprehensif, adil, dan berkelanjutan bagi masalah Palestina sedini mungkin," ungkap Lin Jian.
Pasukan militer Israel telah ditarik dari Kota Gaza di utara, kecuali permukiman Shejaiya dan sebagian permukiman Al-Tuffah dan Zeitoun; serta bagian tengah dan timur Khan Younis di selatan. Warga Palestina dilarang memasuki Beit Hanoun dan Beit Lahia di Gaza utara.
Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyerahkan tujuh sandera pertama kepada militer Israel di Jalur Gaza.
Kemudian, puluhan ribu warga Palestina berangkat dari Gaza selatan menuju ke rumah mereka di utara, sebagian besar berjalan kaki.
Secara bersamaan, ribuan orang kembali ke rumah mereka di Jalur Gaza tengah dan beberapa bagian timur Khan Younis di selatan melalui Jalan Al-Rashid di pesisir barat dan Jalan Salah al-Din di timur.
Tahap kedua dari rencana tersebut menyerukan pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa partisipasi Hamas, pembentukan pasukan keamanan yang terdiri dari warga Palestina dan pasukan dari negara-negara Arab dan Islam, serta pelucutan senjata Hamas.
Selain itu, akan dilakukan KTT perdamaian internasional di kota Sharm el-Sheikh, Laut Merah, Mesir pada Senin (13/10) yang mempertemukan para pemimpin dari lebih dari 20 negara.
KTT ini bertujuan untuk "mengakhiri perang di Jalur Gaza, meningkatkan upaya untuk membawa perdamaian dan stabilitas ke Timur Tengah, dan mengawali fase baru keamanan dan stabilitas regional," demikian pernyataan tersebut.
Selain itu, Trump berjanji pemerintahannya tidak akan membiarkan Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina di daerah kantong tersebut, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan membuatnya tidak layak huni.
Baca juga: Macron: Prancis akan punya peran khusus dalam pengelolaan Gaza
Baca juga: Kemlu tegas bantah kabar Presiden Prabowo akan kunjungi Israel
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.