Jakarta (ANTARA) - Multilateralisme memiliki makna penting di tingkat dunia untuk dapat memastikan suara semua negara terdengar, kata mantan Utusan Tetap RI di Jenewa yang kini menjabat Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard.
“Multilateralisme ... adalah salah satu mekanisme di dunia yang memastikan bahwa suatu negara yang kecil sekalipun bisa menyumbang pemikiran, tak hanya dimonopoli oleh negara-negara besar,” kata Febrian pada Senin.
Dalam agenda “Forum Debriefing Kepala Perwakilan RI” oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, dipantau secara daring di Jakarta, ia memahami adanya pesimisme terhadap kondisi multilateralisme saat ini, dipicu oleh mundurnya negara-negara besar dari menjalankan kewajibannya terhadap dunia.
Namun, multilateralisme adalah keniscayaan yang melindungi negara-negara kecil dari ditaklukkan oleh negara besar, kata dia.
Febrian kemudian menyebut dinamika struktur kontribusi pembiayaan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai salah satu kondisi yang menggambarkan timpangnya kekuasaan antara negara besar dan negara kecil, meski sama-sama menjadi bagian PBB.
Ia menjelaskan bahwa jumlah kontribusi keanggotaan wajib di PBB dihitung berdasarkan skala pendapatan negara anggota. Berdasarkan hasil penghitungan itu, kata dia, tanggungan pembiayaan Amerika Serikat mencapai 22 persen dari anggaran reguler PBB, sementara RI hanya dibebankan 0,5 persen.
Karena itu, untuk mencegah negara-negara kecil menjadi korban “hukum rimba” dari negara-negara besar, mekanisme multilateral menjadi penyeimbang yang memastikan semua negara setara di tingkat internasional.
Ia mengatakan bahwa mekanisme multilateral tidak mudah dan bukan merupakan langkah untuk membuat keputusan yang kuat, karena segala keputusan multilateral tercipta melalui negosiasi yang mengandalkan kompromi.
“Selalu akan ada poin titik temu yang menjadi referensi dari sebuah keputusan multilateral, jadi pasti tidak akan memuaskan semua orang,” ucap diplomat yang kini menjabat Wakil Menteri PPN itu.
Namun demikian, Febrian meyakini bahwa multilateralisme akan tetap relevan. “Masalahnya bukan pilihan apakah mau bilateral atau multilateral, tapi dua-duanya saling melengkapi dalam melakukan diplomasi,” kata dia, menambahkan.
Baca juga: Iran tidak akan hadiri KTT Perdamaian Gaza di Mesir
Baca juga: Utusan PBB serukan dunia bersatu atasi tiga tantangan besar bidang air
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.