Liputan6.com, Jakarta - Setelah badai besar yang sempat mengguncang, Tian dan Hana akhirnya kembali menemukan pelabuhan tenang dalam hubungan mereka. Hari-hari mereka kini dipenuhi tawa dan kebersamaan, membuat ikatan di antara keduanya semakin kuat. Namun di tengah kebahagiaan itu, Hana mulai merasakan gejala aneh—mual di pagi hari, tubuh cepat lelah. Hatinya dipenuhi harapan… mungkinkah ia hamil?
Sayangnya, hasil tes kehamilan menunjukkan negatif. Kekecewaan menyelimuti wajah Hana. Tapi Jihan, sahabat setianya, mencoba menenangkan. Ia menyarankan Hana dan Tian untuk mempertimbangkan program bayi tabung sebagai jalan lain menuju impian mereka menjadi orangtua.
Semangat pun tumbuh kembali. Bersama, mereka menjalani konsultasi di klinik fertilitas dengan penuh harapan. Namun tanpa sepengetahuan mereka, Misa—yang masih menyimpan dendam—mengawasi dari kejauhan. Ia mulai merancang rencana baru untuk menghancurkan kebahagiaan Hana dan Tian.
Namun takdir justru berkata lain. Saat di ruang konsultasi, dokter memberi kabar mengejutkan: Hana ternyata sudah hamil. Sebuah mukjizat, mengingat kondisi rahimnya yang dulu dinyatakan rusak. Tangis haru menyelimuti keduanya. Tapi kabar bahagia itu juga sampai ke telinga Misa… dan membuat amarahnya meledak.
Dengan pikiran kalut dan hati penuh dendam, Misa mengendarai mobilnya dengan niat mencelakai Hana dan Tian. Namun rencananya berakhir tragis. Mobilnya kehilangan kendali, menghantam pembatas jalan, lalu meledak dalam kobaran api.