
PENELITI Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus merespons mundurnya Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dari DPR RI. Menurut Lucius, keputusan keponakan Presiden Prabowo Subianto dari DPR itu merupakan kabar mengejutkan.
"Hampir belum pernah terjadi sebelumnya, anggota DPR berani mengambil keputusan mengundurkan diri bahkan mereka yang diduga atau menjadi terdakwa kasus korupsi sekalipun. Sarah mundur bukan karena kasus korupsi, tetapi karena pernyataannya di podcast yang dinilai tak pantas oleh publik," kata Lucius kepada Media Indonesia, Kamis (11/9).
Lucius mengatakan dengan keputusan Saraswati ini, tradisi baru mulai dibentuk. Ia mengatakan Saraswati yang memilih mundur menjadi standar etik baru bagi anggota DPR dan pejabat lainnya dalam mengambil sikap ketika kehilangan kepercayaan dari masyarakat.
"Bisa dikatakan, Sarah meletakkan standar etik baru bagi anggota DPR, dan bahkan bagi pejabat lembaga lain. Mengundurkan diri seharusnya memang menjadi sikap yang tepat bagi setiap pejabat yang dipilih melalui pemilu. Karena jabatan yang diemban datang dari rasa percaya orang lain, maka kepercayaan itu harus dijaga. Manakala kepercayaan itu disalahgunakan bahkan melukai hati orang yang memilih, maka seharusnya tak ada alasan lagi untuk bertahan dengan jabatan itu," jelasnya.
Rujukan bagi anggota DPR yang lain
Lucius berharap sikap dan keputusan Saraswati menjadi rujukan bagi anggota DPR yang lain. Ketika rakyat menilai tak pantas dan kehilangan kepercayaan artinya seseorang tak punya legitimasi lagi untuk bertahan.
"Bertahan di tengah ketidakpercayaan publik bagi seorang anggota DPR hanya membuktikan ketakpantasan sebagai wakil rakyat. Karena urusan menjadi wakil rakyat hanya bisa berjalan kalau ada rasa saling percaya antara pemilih dan wakilnya," katanya.
Sebelumnya, Saraswati yang menjabat Wakil Ketua Komisi VII DPR menyatakan mundur sebagai anggota DPR RI. Hal tersebut disampaikan Saraswati melalui unggahannya di akun Instagram @rahayusaraswati, Rabu (10/9).
"Saya menyatakan pengunduran diri saya sebagai anggota DPR RI kepada fraksi Partai Gerindra," kata Saraswati.
Keponakan Presiden Prabowo Subianto itu menyatakan mundur terkait pernyataannya di podcast YouTube Antara TV 'On The Record' yang menuai sorotan publik. Saraswati mengatakan tuntutan masyarakat agar pemerintah menyediakan lapangan kerja adalah cerminan dari 'mental kolonial'. Keponakan dari Presiden Prabowo Subianto berpendapat bahwa di era modern ini, generasi muda seharusnya tidak lagi bergantung pada pemerintah untuk menciptakan pekerjaan, melainkan harus proaktif menjadi pengusaha.
"Kalau masih bersandar kepada sektor-sektor padat karya dan bersandar kepada pemerintah untuk provide the jobs, kita masih di zaman kolonial berarti. Yang di mana kita bersandar kepada si raja dan si ratu dan si priyayi untuk ngasih kita kerjaan. No, kita udah move on dari situ," ujar Saras dikutip dari podcast.
Dia mengatakan podcast yang dinilai disorot untuk menyakiti hati rakyat itu, tayang pada 28 Februari 2025. Podcast berdurasi 42 menit itu berjudul Rahayu Saraswati kupas isu perempuan hingga kolaborasi ekonomi kreatif. Menurut Saras, ada potongan video yang membuat narasi tidak utuh.
"Pernyataan saya diambil dari menit ke-25 37 detik sampai menit ke-27 40 detik. Cukup panjang sebenarnya. Dua menit lebih yang dijadikan beberapa kalimat oleh pihak-pihak yang ingin menyulutkan api amarah masyarakat," ujar Saraswati.
Saraswati mengaku tidak ada maksud untuk meremehkan bahkan merendahkan upaya dan usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Terutama anak-anak muda yang ingin berusaha tetapi menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan.
"Saya paham betul bahwa memulai usaha tidaklah mudah. Namun, saya menyadari bahwa saya memiliki privilege yang sangat besar dan keluarga termasuk suami yang mendukung saya berusaha," ujar Saraswati.
"Oleh sebab itu, melalui pesan ini, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ucapan dan kesalahan saya," ucap Sarah. (M-3)