Pendidikan adalah proses sistematis untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan kebiasaan yang membentuk perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan moral seseorang. Tujuannya tidak hanya membuat individu cerdas, tetapi juga membekali mereka untuk memahami dunia, membuat keputusan yang tepat, dan berkontribusi pada masyarakat. Dalam hal ini, baik Indonesia maupun China menempatkan pendidikan sebagai salah satu pilar penting. Namun, hasil dan jalannya menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok.
Dalam beberapa dekade terakhir, sistem pendidikan China berkembang pesat dan mampu mencetak generasi yang bersaing di tingkat global. Hal ini tidak terlepas dari konsistensi mereka menempatkan pendidikan sebagai fondasi pembangunan bangsa. Tujuan jangka panjang mereka jelas yaitu untuk mengembangkan sumber daya manusia yang unggul untuk mendukung ekonomi, teknologi, dan penelitian. Sebaliknya, arah pendidikan di Indonesia tidak pernah stabil karena visi yang terus berubah seiring bergantinya pemimpin.
China juga berani menginvestasikan dana besar untuk pendidikan, riset, dan inovasi. Universitas-universitas di sana dilengkapi dengan laboratorium modern. Mereka juga berkolaborasi dengan kampus internasional dan gencar mempromosikan penelitian interdisipliner. Indonesia sebenarnya juga memiliki anggaran besar di atas kertas, tetapi sering kali dihabiskan untuk administrasi daripada untuk pendidikan atau riset yang berkualitas.
Budaya pendidikan China pun sangat kompetitif. Sejak kecil, siswa dibiasakan untuk disiplin, tekun, dan berprestasi. Tekanan ini memang kerap menimbulkan persoalan kesehatan mental, tetapi di sisi lain membentuk generasi yang tangguh menghadapi tantangan global. Di Indonesia, sistem belajar masih cenderung menekankan hafalan dan kurang menekankan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah.
Tantangan pendidikan di Indonesia juga mencakup kesenjangan akses. Di daerah perkotaan, sekolah memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan guru yang lebih berkualitas sementara di daerah terpencil masih terhambat karena keterbatasan infrastruktur dan sumber daya. Meski demikian, Indonesia tidak tinggal diam. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menerapkan reformasi pendidikan besar-besaran. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperkuat program pelatihan guru, mengubah kurikulum agar lebih mampu memenuhi perubahan kebutuhan masyarakat, dan meningkatkan infrastruktur serta sumber daya sekolah.
Membandingkan pendidikan Indonesia dan China bukan untuk merendahkan bangsa sendiri, melainkan sebagai cermin untuk berbenah. Pepatah lama mengatakan, “Kejarlah ilmu sampai ke negeri China”. Kini, pepatah tersebut terasa begitu relevan karena filosofi mereka terhadap pendidikan memang berbeda. Jika Indonesia ingin mengejar ketertinggalan, arah pendidikan harus berfokus pada kualitas, bukan sekadar formalitas. Belajar dari China, kita butuh konsistensi, keberanian untuk berinvestasi, dan budaya belajar yang mendorong kreativitas.
Kesimpulannya, baik Indonesia maupun China memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. China berhasil maju pesat dengan investasi besar dan budaya disiplin. Namun, di lain sisi mereka menghadapi masalah tekanan akademis. Sementara Indonesia tengah berproses membangun sistem pendidikan yang inklusif dan berkeadilan meski masih terbentur kesenjangan dan inkonsistensi. Jika reformasi dijalankan dengan konsisten, pendidikan Indonesia bisa menjadi landasan kuat untuk mencetak generasi yang mampu bersaing, berdaya, dan membawa bangsa ke arah yang lebih maju.
Kini, sebagai pelajar, guru, maupun masyarakat, saatnya kita bersama-sama untuk berkomitmen dalam mendukung perbaikan pendidikan agar Indonesia dapat melahirkan generasi emas.